Senin 11 Jul 2022 23:10 WIB

Ketua Kabar: Penanganan Soal Merokok Memerlukan Kebijakan Berbasis Riset

Bimmo mendorong agar pemerintah juga turut melakukan kajian.

Asap rokok (ilustrasi)
Foto: www.publicdomainpictures.com
Asap rokok (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Koalisi Indonesia Bebas TAR (Kabar) Ariyo Bimmo menekankan pentingnya kajian ilmiah berbasis riset sebagai landasan kebijakan guna mengurangi bahaya rokok. Hal ini, kata dia, sekaligus membantu pemerintah menjawab permasalahan tingginya prevalensi perokok yang belum terselesaikan hingga saat ini.

"Penurunan prevalensi perokok dewasa dapat dilakukan dengan cara mempertimbangkan hasil kajian ilmiah terkini, khususnya dari dalam negeri,” kata Bimmo dilansir dari Antara, Senin (11/7/2022).

Baca Juga

Menurut dia, salah satu fokus yang dapat dikaji dalam upaya pengurangan bahaya rokok adalah produk tembakau alternatif seperti produk tembakau yang dipanaskan. Dalam kajian yang dilakukan bersama mitranya, KABAR menemukan bahwa profil risiko produk tembakau alternatif lebih rendah bila dibandingkan dengan rokok.

"Temuan itu sejalan dengan kajian ilmiah yang dilakukan sejumlah peneliti seperti Profesor Riccardo Polosa dari University of Catania yang berjudul 'Safety Evaluation and Risk Assessment of Electronic Cigarettes as Tobacco Cigarette Substitutes: A Systematic Review'," kata dia.

Dengan mempertimbangkan serangkaian hasil riset tersebut, Bimmo mendorong agar pemerintah juga turut melakukan kajian yang lebih mendalam dengan melibatkan berbagai pihak, mulai dari akademisi, swasta, masyarakat, lembaga nirlaba, dan media.

Menurut dia, hasil penelitian nantinya bisa dijadikan acuan untuk membentuk kebijakan yang tepat dan proporsional terkait pemanfaatan produk tembakau alternatif sebagai pilihan untuk menekan risiko yang dihasilkan oleh rokok.

Tak hanya dalam pembentukan kebijakan, Bimmo meneruskan, keterlibatan berbagai pihak juga perlu dalam rangka diseminasi informasi faktual yang berdasarkan kajian ilmiah.

Dengan demikian, kesadaran masyarakat akan risiko bahaya rokok semakin meningkat seiring hadirnya produk tembakau alternatif yang dapat membantu mereka beralih dari kebiasaannya.

“Kami meyakini keterlibatan berbagai pihak melalui sinergi hexahelix yang melibatkan unsur pemerintah, akademisi, swasta, masyarakat, LSM, dan media dapat berperan aktif dalam perumusan regulasi produk tembakau alternatif,” kata Bimmo.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement