REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Perdana Menteri Prancis Elisabeth Borne lolos mosi tidak percaya yang didorong aliansi oposisi sayap kiri. Sebanyak 146 anggota parlemen mendukung mosi tidak percaya tersebut.
Perlu mayoritas absolut 289 suara untuk menjatuhkan pemerintahan. Meski hasilnya memang diragukan tapi mosi ini menunjukan aliansi Nupes yang terdiri dari blok oposisi terbesar pemerintah Presiden Emmanuel Macron bertekad mempersulit pemerintah di parlemen.
Namun aliansi Nupes terdiri dari 151 anggota parlemen artinya ada lima orang yang tidak mendukung mosi tidak percaya itu. Sesuatu yang dapat ditafsirkan secara positif oleh Borne dan pemerintahnya.
"Kami harus memperdebatkan masalah yang dihadapi Prancis, mosi tidak percaya ini tidak adil," kata perdana menteri pada parlemen sebelum pemungutan suara digelar, Senin (11/7/2022).
"Mosi tidak percaya ini hanya taktik politik, mari berganti ke budaya kompromi," tambahnya.
Di masa jabatannya yang pertama partai Macron merupakan mayoritas di parlemen. Tapi ia kalah menjadi mayoritas absolut di pemilihan legislatif bulan Juni lalu dan kini ia tidak bisa mengandalkan cabang pemerintahan itu untuk menjalankan semua agendanya.
Macron dan pemerintahnya harus bernegosiasi pada setiap undang-undang. Ia tidak memiliki kekuasaan penuh pada setiap kebijakan.
Mosi tidak percaya diperkirakan akan gagal setelah partai konservatif Les Republicains dan partai sayap kanan Rassemblement National mengatakan akan abstain.
"Anda, Nyonya Borne, anomali demokrasi, anda tidak memiliki legitimasi, atau politik atau anggota parlemen," kata ketua kelompok The France Unbowed yang merupakan komponen utama aliansi Nupes, Mathilde Panot di parlemen.
"Mereka yang tidak memiliki mosi tidak percaya ini akan menjadi pendukung kebijakan anda," tambahnya.
Kini mosi tidak percaya sudah tidak lagi menjadi halangan pemerintah menjalani pemerintahan. Parlemen akan segera memulai pembahasan paket bantuan inflasi sebesar 20 miliar euro yang diajukan pemerintah pekan lalu.