Selasa 12 Jul 2022 10:35 WIB

Menko Airlangga Tegaskan, Penyediaan Minyak Nabati Global Harus Holistik

Penting memastikan kesinambungan pasokan minyak nabati yang cukup ke pasar global

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Gita Amanda
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan dengan mempertimbangkan pertumbuhan populasi global dan meluasnya penggunaan minyak nabati di berbagai industri, diperkirakan ukuran pasar global minyak nabati akan meningkat dari 199,1 juta metrik ton pada 2020 menjadi 258,4 juta metrik ton pada 2026. (ilustrasi)
Foto: Istimewa
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan dengan mempertimbangkan pertumbuhan populasi global dan meluasnya penggunaan minyak nabati di berbagai industri, diperkirakan ukuran pasar global minyak nabati akan meningkat dari 199,1 juta metrik ton pada 2020 menjadi 258,4 juta metrik ton pada 2026. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, meski di tengah krisis pangan, energi, dan keuangan yang terjadi saat ini, pemerintah tidak hanya berupaya memulihkan kondisi ekonomi seperti sebelum pandemi. Melainkan juga mengupayakan transformasi perekonomian menjadi lebih hijau, berkelanjutan, dan inklusif.

“Di tengah krisis ini, memastikan ketersediaan, aksesibilitas, dan keterjangkauan komoditas pertanian di pasar global, termasuk minyak nabati, menjadi salah satu fokus utama kami,” ujar Airlangga dalam sambutannya secara virtual pada Webinar United Nations Economic And Social Council (UN-ECOSOC) High Level Political Forum (HLPF), Senin (11/7/2022). Kegiatan yang mengambil tema Catalysing Actions For Sustainable Vegetable Oils In Support Of The Attainment Of Sustainable Development Goals (SDGs) tersebut, diselenggarakan di New York, Amerika Serikat.

Baca Juga

Dalam upaya memenuhi target SDGs 2030, kata dia, muncul beberapa tantangan besar seperti inflasi yang tinggi, lonjakan suku bunga, lonjakan harga pangan dan energi, serta terganggunya pasokan dan perdagangan komoditas pertanian. Maka dengan mempertimbangkan pertumbuhan populasi global dan meluasnya penggunaan minyak nabati di berbagai industri, diperkirakan ukuran pasar global minyak nabati akan meningkat dari 199,1 juta metrik ton pada 2020 menjadi 258,4 juta metrik ton pada 2026.

Sementara, bahkan sebelum terjadinya krisis global, minyak nabati telah lama menjadi sumber mata pencaharian bagi petani skala kecil serta sumber mesin pembangunan di banyak negara berkembang. Maka penting untuk memastikan kesinambungan pasokan minyak nabati yang cukup ke pasar global demi mencegah volatilitas harga lebih lanjut dan guncangan terhadap ekonomi global.

“Dalam hal ini, kami terus percaya upaya bersama dalam memastikan keberlanjutan di pasar minyak nabati global harus dilakukan secara holistik dan nondiskriminatif,” ujar Airlangga. Selain itu, diperlukan juga lingkungan yang kondusif serta penyediaan sumber daya dan keterampilan guna mendukung petani kecil dalam mewujudkan produksi berkelanjutan atas komoditas yang digunakan untuk menghasilkan minyak nabati.

Sebagai salah satu produsen dan pengekspor minyak nabati utama dunia, termasuk minyak sawit dan minyak kelapa, Indonesia terus menekankan pentingnya memastikan keberlanjutan di seluruh sektor minyak nabati. Hal itu dilakukan di antaranya melalui pemanfaatan smart farming pada perkebunan kelapa maupun dukungan replanting bagi petani sawit.

Lebih lanjut, Indonesia berkomitmen mempercepat transisi energi bersih melalui kebijakan biodiesel guna mencapai net zero emissions. Diperkirakan penggunaan B30 berpotensi menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 24,6 juta ton CO2.

Hal ini pun akan memperkuat tujuan Indonesia dalam mencapai target ketahanan energi dan bauran energi sebesar 23 persen pada 2025. Indonesia juga akan terus mempromosikan pentingnya pertanian dan sistem pangan berkelanjutan di berbagai forum, termasuk melalui Presidensi G20 dan kerja sama dengan Inggris melalui co-chairmanship dari dialog FACT (Forest, Agriculture, and Commodities Trade).

Indonesia juga bertujuan mempromosikan komoditas berkelanjutan sekaligus memenuhi SDGs dan mendukung pembangunan ekonomi. Selain itu, Indonesia berkomitmen pula untuk mendorong dan menyinergikan kerja sama demi memastikan minyak nabati berkelanjutan di berbagai organisasi internasional terkait seperti Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) dan International Coconut Community (ICC).

“Mari kita melipatgandakan upaya kita untuk mencapai SDGs, dan menetapkan jalan kita menuju komunitas global yang lebih tangguh. Termasuk melalui promosi dan pengembangan minyak nabati yang berkelanjutan,” katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement