Selasa 12 Jul 2022 12:05 WIB

Ikappi: Pemerintah Gagal Jaga Stabilitas Harga Pangan di Idul Adha

Sudah hampir sebulan komoditas cabai masih dalam situasi harga yang tinggi.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Pedagang cabai melayani pembeli di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Senin (4/7/2022). Ilustrasi
Foto: ANTARA/Budi Prasetiyo
Pedagang cabai melayani pembeli di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Senin (4/7/2022). Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) menilai, pemerintah khususnya Kementrian Perdagangan dan Kementrian Pertanian gagal menjaga stabilitas pangan di hari Raya Idul Adha.

Ketua Umum Ikappi, Abdullah Mansuri, menuturkan, sudah hampir sebulan komoditas cabai masih dalam situasi harga yang tinggi. Cabai rawit merah bahkan tembus hingga Rp 130 ribu per kg. Termasuk, komoditas bawang merah yang telah tembus hingga Rp 75 ribu per kg.

Baca Juga

"Ini bukti bahwa tidak ada upaya kongkrit dari pemerintah dalam hal ini Kementrian Perdagangan dan Kementrian Pertanian dalam menjaga stabilitas pangan menjelang dan sesudah Idul Adha," kata Mansuri dalam pernyataan tertulisnya, Selasa (12/7/2022).

Ikappi menilai, dua komoditas tersebut tidak mendapatkan sentuhan optimal dari pemerintah. Pihaknya selalu mengingatkan pemerintah sejak beberapa bulan yang lalu, namun upaya stabilisasi harga tak kunjung membuahkan hasil.

Mansuri menambahkan, selain cabai dan bawang merah, komoditas pangan lain yang cukup rentan mengalami lonjakan harga seperti tomat, kentang, sayur, hingga ayam ras. "Komoditas pangan ini serasa tidak mendapat sentuhan dan tidak terjaga oleh kementerian terkait," ujar dia.

Ikappi pun meminta kepada semua pihak untuk fokus pada beberapa komoditas pangan tersebut. "Tidak hanya minyak goreng yang diurus tetapi komuditas lain juga harus mendapatkan perhatian khusus, banyak konsumen dan pedagang menjerit karena harganya yang terlalu tinggi," katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement