REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Kasus Covid-19 harian Korea Selatan (Korsel) melonjak ke level tertinggi dalam dua bulan pada Selasa (12/7/2022). Korea Disease Control and Prevention Agency (KDCA) mencatat 37.360 kasus baru Covid-19 selama 24 jam terakhir termasuk 260 kasus dari luar negeri.
Total beban kasus negeri ginseng kini menjadi 18.561.861. Angka kasus pada Selasa merupakan yang tertinggi sejak 11 Mei, ketika hitungan harian negara mencapai 43.908 dalam gelombang omikron yang mengintai. Angka Selasa juga lebih dari dua kali lipat dari 19.371 kasus yang dicatat sepekan sebelumnya.
"Tujuh kematian akibat virus tercatat pada selasa, menjadikan jumlah kematian karena Covid-19 4.668. Tingkat kematian mencapai 0,13 persen," kata KDCA dalam sebuah pengumuman dilansir laman Yonhap News Agency, Selasa.
Jumlah pasien yang sakit kritis mencapai 74 pada Senin (11/7/2022), naik dari hari sebelumnya sejumlah 71. Jumlah pasien yang sakit kritis tetap di bawah 100 sejak bulan lalu.
Baca juga : Gejala Awal Covid-19 yang Paling Sering Muncul Saat Ini: Terasa di Tenggorokan
Pada pertengahan Maret infeksi baru turun tajam dari puncak lebih dari 620 ribu, tetapi telah meningkat lagi mencapai lebih dari 20 ribu pekan lalu untuk pertama kalinya sejak pertengahan Mei.
KDCA mengonfirmasi bahwa Korsel telah memasuki gelombang baru Covid-19. Pihaknya kemudian meningkatkan tingkat risiko virus secara nasional satu tingkat dari "Rendah" menjadi "Sedang" untuk pertama kalinya dalam delapan pekan. Hal ini mengutip kemungkinan peningkatan berkelanjutan dalam infeksi.
"Rata-rata beban kasus harian selama periode 3-9 Juli mencapai 15.987, naik 87 persen dari minggu sebelumnya," kata KDCA. Para ahli telah memperingatkan jumlah harian bisa melonjak menjadi sekitar 200 ribu bulan depan.
Tren kenaikan didorong oleh penyebaran cepat dari mutasi yang sangat menular dari strain omicron, BA.5, yang dikenal lebih menular dan lebih mampu menghindari kekebalan dibandingkan dengan versi sebelumnya. Proporsinya di antara total infeksi Korea Selatan naik menjadi 35 persen pada pekan lalu dari 24,1 persen pekan sebelumnya.
Baca juga : Positif Covid-19 di Indonesia Bertambah 1.681 Kasus
Faktor lain di balik kebangkitan adalah menurunnya kekebalan, sebab perlindungan oleh vaksin atau infeksi menurun seiring waktu. Para ahli menilai penyebab kenaikan kasus adalah pertumbuhan aktivitas di luar ruangan setelah aturan jarak sosial dilonggarkan dan peningkatan penggunaan sistem pendingin udara dalam ruangan selama gelombang panas awal.
Berdasarkan kelompok usia, mereka yang berusia 20-an menyumbang bagian terbesar dari total infeksi pada pekan lalu, atau 21 persen, diikuti oleh mereka yang berusia 30-an dengan 15,9 persen dan mereka yang berusia 40-an dengan 15,2 persen. Sejalan dengan kebangkitan kasus Covid-19, pemerintah tengah meninjau serangkaian tindakan antivirus baru, yang diharapkan akan diumumkan Rabu,
Pada April, pemerintah menghapus hampir semua aturan jarak sosial guna mendukung kembalinya masyarakat ke keadaan normal. Kendati demikian, kecil kemungkinan bahwa pemerintah bakal kembali menerapkan pembatasan ketat, sebab negara itu telah mempertahankan respon medis yang stabil dan pertumbuhan infeksi tidak menyebabkan lonjakan drastis dalam kematian dan kasus serius.
Salah satu tindakan antivirus baru yang mungkin dilakukan adalah memberikan suntikan booster kedua, atau dosis keempat vaksin Covid-19 kepada lebih banyak orang. Saat ini booster kedua hanya diberikan kepada mereka yang berusia 60-an dan lebih tua dan kelompok berisiko tinggi lainnya.
Baca juga : Fraksi PSI DPRD DKI Soroti Pernyataan Anies Soal Pencabutan Izin Perusahaan