Selasa 12 Jul 2022 16:40 WIB

Erdogan dan Putin Bahas Pembentukan Koridor Gandum

Turki siap membantu proses negosiasi antara Rusia dan Ukraina.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Petani Serhiy melempar biji-bijian dari ember di lumbungnya di desa Ptyche di wilayah Donetsk timur, Ukraina, Minggu, 12 Juni 2022. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melakukan percakapan via telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, Senin (11/7/2022), membahas koridor gandum.
Foto: AP Photo/Efrem Lukatsky
Petani Serhiy melempar biji-bijian dari ember di lumbungnya di desa Ptyche di wilayah Donetsk timur, Ukraina, Minggu, 12 Juni 2022. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melakukan percakapan via telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, Senin (11/7/2022), membahas koridor gandum.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melakukan percakapan via telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, Senin (11/7/2022). Mereka membahas tentang krisis di Ukraina, terutama soal pembentukan koridor gandum via Laut Hitam.

"Presiden Erdogan melakukan panggilan telepon dengan Presiden Rusia Putin. Kedua pemimpin membahas situasi di Suriah, situasi di Ukraina sehubungan dengan operasi militer Rusia, pembentukan koridor yang aman untuk mengekspor gandum melalui Laut Hitam," kata kantor kepresidenan Turki dalam sebuah pernyataan, dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.

Baca Juga

Pada kesempatan tersebut, Erdogan menekankan tentang sudah saatnya sebuah tindakan diambil untuk mengimplementasikan rencana PBB perihal pembentukan koridor ekspor gandum. Selain itu, Erdogan pun kembali menyerukan penyelesaian konflik Rusia-Ukraina dengan cara damai dan adil lewat perundingan. Dia mengatakan, Turki siap membantu proses negosiasi antara kedua negara.

Pembahasan tentang pembentukan koridor gandum muncul saat Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergey Lavrov bertemu Menlu Turki Mevlut Cavusoglu di Ankara pada 8 Juni lalu. Isu itu muncul karena konflik Rusia-Ukraina telah mengikis persediaan gandum global.

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell telah mengatakan, Rusia harus bertanggung jawab jika terus memblokir pengiriman gandum dari Ukraina. Menurutnya, Moskow bisa dianggap melakukan kejahatan perang. “Orang tidak dapat membayangkan bahwa jutaan ton gandum tetap diblokir di Ukraina, sementara di seluruh dunia orang-orang menderita kelaparan. Ini adalah kejahatan perang yang nyata,” kata Borrell dalam pertemuan para menteri luar negeri Uni Eropa di Brussels, Belgia, 20 Juni lalu.

Dia menegaskan, krisis pangan saat ini tidak disebabkan oleh sanksi Uni Eropa. “Sanksi kami tidak menargetkan makanan, tidak menargetkan pupuk. Masalahnya berasal dari blokade Rusia terhadap gandum Ukraina,” ujarnya.

Sementara itu, Vladimir Putin telah menyampaikan, negaranya siap mendukung kelancaran ekspor gandum dari pelabuhan-pelabuhan Ukraina yang kini berada di bawah kendali pasukan Rusia. "Kami akan mendukung pengangkutan damai, kami menjamin keamanan pendekatan ke pelabuhan-pelabuhan ini, kami akan mendukung panggilan kapal asing dan lalu lintas mereka di Laut Azov serta Laut Hitam ke segala arah," kata Putin dalam sebuah wawancara dengan Rossiya-1 TV Channel pada 3 Juni lalu.  

Menurut Putin, saat ini negara-negara Barat berusaha menutupi kesalahan kebijakan mereka sendiri dengan menyalahkan Rusia atas masalah di pasar pangan global. Dia menilai, masalah tersebut akan memburuk karena sanksi Inggris dan Amerika Serikat (AS) terhadap pupuk Rusia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement