'Hadirnya Negara yang Aman Penting Lindungi Umat Beragama'

Red: Fernan Rahadi

Marzuki Mustamar
Marzuki Mustamar | Foto: pwnu

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Hadirnya negara yang aman, kokoh, dan berdaulat sangatlah penting untuk melindungi tanah air, tumpah darah dan rakyat, serta melindungi umat beragama dalam melaksanakan ibadah. Bila negara dicabik-cabik oleh kekuatan dan ideologi, dipastikan negara akan hancur dan umat beragama tidak bisa menjalankan ibadah dengan baik.

"Saya gak bisa jamin umat Islam bisa Jumatan, atau bisa jamaah, apalagi orang NU, gak bisa maulid, manakib, majelis izikir, gak bisa yang lain-lain. Pendek kata tanpa hadirnya negara yang berdaulat dan aman, maka agama hancur. Dari ini kita harus mengerti bahwa jika menjaga agama itu wajib, sejatinya menjaga negara wajib. Karena gak mungkin agama bisa telrkasana dengan baik, tanpa dijaga oleh negara yang berdaulat," ujar Ketua Pengurus Wilayah Nahdalatul Ulama (PWNU) Jawa Timur (Jatim) KH Marzuki Mustamar di Malang, Jumat (8/7/2022).

Kiai Marzuki mencontohkan, negara Yaman  yang 100 persen warganya umat muslim. Di sana, Shalat Jumat kesulitan karena perang saudara akibat diserang Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, yang pilotnya Israel. Libya hampir 100 persen Muslim juga hancur.

"Kenapa hancur? Karena gak punya negara yang melindungi mereka. Apalagi Suriah, Irak, Palestina. Jangan main-main dengan dalil. Jangan bikin narasi dan opini atas nama agama, apalagi mendoktrin sampai melakukan gerakan yang ujungnya menggerogoti kekuatan negara, melemahkan negara. Itu haramnya sama dengan menggerogoti agamamu sendiri," paparnya.

Begitu juga bagi non-Muslim, terang Kiai Marzuki, dengan negara kokoh, non-muslim di Jawa yang minoritas, bisa kebaktian dengan aman, bisa upacara di Pura bisa aman, bisa sembahyang di Kelenteng dengan aman. Sebaliknya, berkahnya ada NKRI, meski Muslim di Bali minoritas, tapi Jumatan lancar, makam wali aman dan tidak diganggu bahkan dijaga oleh pecalang-pecalang hindu.

"Ketika orang Jawa menjaga keamanan harta non-Muslim, maka Muslim di luar jawa pun mendapat jaminan keamanan. Gereja, Borobudur aman, di Papua, Bali, NTT, masjid aman. Jaga negaramu seperti Anda menjaga agamamu. Jangan beda-bedakan," katanya.

Pimpinan Pondok Pesantren Sabiilul Rosyad, Gasek, Malang, Jawa Timur ini tidak bisa membayangkan, bila dilakukan pembiaran terhadap penyebar doktrin anti-Pancasila, anti-Merah Putih, anti-NKRI. Bila tidak ada tindakan tegas, ia yakin kekuatan itu akan makin kuat. Apalagi mereka didukung oleh kekuatan asing dari negara induknya.

"Mereka hanya mementingkan kelompok dan agama sendiri. Di belakang mereka ada yang meremot. Saya gak bisa membayangkan, kira-kira gak usah lama-lama, 40 tahun lagi hancur negeri ini," katanya.

Ia mengajak seluruh anak bangsa, untuk tidak main-main dengan keamanan negara, kedaulatan negara. Apapun alirannya, apapun mazhab, suku, etnis, semua harus sepakat dalam dua hal yaitu sama-sama Indonesia, dan sama-sama manusia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Terkait


Lima Langkah BNPT Memutus Pendanaan Teror Berkedok Lembaga Amal

BNPT dan ASEAN Bahas Perkembangan Strategi Penanggulangan Terorisme

UMM-BNPT Komitmen Bersama Atasi Terorisme

FKUB: Kearifan Lokal Orang Sunda Jadi Penangkal Intoleransi di Jabar

Di Depan Ribuan Praja IPDN, Kepala BNPT Ingatkan Bahaya Radikalisme  

Republika Digital Ecosystem

Kontak Info

Republika Perwakilan DIY, Jawa Tengah & Jawa Timur. Jalan Perahu nomor 4 Kotabaru, Yogyakarta

Phone: +6274566028 (redaksi), +6274544972 (iklan & sirkulasi) , +6274541582 (fax),+628133426333 (layanan pelanggan)

[email protected]

Ikuti

× Image
Light Dark