Rabu 13 Jul 2022 14:38 WIB

Bupati Harapkan Batik Air Secepatnya Terbang ke Bandara Kaimana

Saat ini, landasan pacu Bandara Kaimana, Papua Barat memiliki panjang 2.000 meter.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Proses evakuasi pesawat Batik Air yang tergelincir di Bandara Rendani Manokwari, Papua Barat, Selasa (13/3).
Foto: Antara/Toyib Mardika
Proses evakuasi pesawat Batik Air yang tergelincir di Bandara Rendani Manokwari, Papua Barat, Selasa (13/3).

REPUBLIKA.CO.ID, MANOKWARI -- Bupati Kaimana Freddy Thie berharap, maskapai Batik Air dari Lion Air dalam waktu secepatnya bisa terbang ke Bandara Kaimana, Papua Barat, untuk menunjang kelancaran transportasi ke luar daerah. Freddy mengatakan, hingga saat ini penerbangan ke Bandara Kaimana hanya dilayani oleh satu maskapai, yaitu Wings Air jenis ATR-72.

Pesawat Wings Air melayani rute penerbangan Manokwari-Kaimana pergi pulang tiga kali selama sepekan dan rute penerbangan Sorong-Kaimana pergi pulang enam kali sepekan. Pihaknya sudah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan manajemen Batik Air sejak beberapa waktu lalu.

"Kami minta Batik Air membuka rute penerbangan Jakarta-Makassar-Kaimana pergi pulang. Kami punya komitmen untuk bisa mewujudkan Batik Air terbang ke Bandara Kaimana," kata Freddy saat dikonfirmasi dari Manokwari, Provinsi Papua Barat, Rabu (13/7/2022).

Baca: Curhatan Seorang Ibu Bawa Anaknya yang Kecewa dengan KAI Viral di Twitter

Meski demikian, kata dia, untuk bisa mewujudkan rencana pesawat Batik Air bisa terbang ke daerahnya, dibutuhkan banyak pembenahan fasilitas pendukung di Bandara Kaimana. Saat ini, landasan pacu Bandara Kaimana baru memiliki panjang 2.000 meter.

Pemkab Kaimana berencana menjadikan pariwisata sebagai salah satu program strategis sekaligus program unggulan selama kepemimpinan Bupati Freddy dan Wabup Hasbulla Furuada yang dilantik pada 2021. "Kita mau bicara soal pengembangan pariwisata, pengembangan investasi dan lain-lain tapi untuk akses ke Kaimana bagaimana? ucap Freddy.

Dengan mendorong masuknya armada pesawat berbadan lebar, seperti Batik Air ke Kaimana, Freddy berharap ada perhatian dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk mendukung pengembangan Bandara Kaimana. Pengembangan tersebut diharapkan dapat mencakupperpanjangan landas pacu, pembangunan gedung terminal dan berbagai perangkat peralatan keselamatan penerbangan.

"Kami tidak bisa hanya mengandalkan APBD yang sangat terbatas. Kalau Batik Air jadi masuk di Kaimana maka secara otomatis infrastruktur pendukung lainnya akan dilengkapi," ujar Freddy.

Saat ini, Kemenhub sedang membangun bandara skala internasional di Fakfak, dengan anggaran yang digelontorkan mencapai Rp 600 miliar-Rp 700 miliar. Hal yang sama juga dilakukan di Kabupaten Nabire yang kini telah ditetapkan sebagai ibu kota Provinsi Papua Tengah.

"Kalau Bandara Nabire dan Fakfak belum selesai dikerjakan, maka kami bisa minta untuk hub di Kaimana. Kami punya landasan panjangnya 2.000 meter, terminal penumpang kami juga lebih bagus," jelas Freddy.

Baca: Pesawat AS dan Singapura Paling Banyak Langgar Kedaulatan RI

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement