Rabu 13 Jul 2022 14:43 WIB

Jadi Detektif, Park Hae-il Ditantang Ungkap Kasus Pelik di Decision To Leave

Decision To Leave tayang mulai 15 Juli 2022.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
FIlm Decision To Leave tayang mulai 15 Juli 2022.
Foto: Dok CBI Pictures
FIlm Decision To Leave tayang mulai 15 Juli 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Film Decision To Leave yang akan tayang mulai 15 Juli 2022 di bioskop berawal dengan kasus tewasnya seorang pria yang jatuh dari puncak gunung. Detektif yang bertanggung jawab, Hae-joon (Park Hae-il), lalu menemui istri korban Seo-rae (Tang Wei).

Seo-rae tidak menunjukkan tanda kegelisahan atas kematian suaminya itu. Dengan perilakunya yang sangat berbeda dengan kerabat berduka lain, polisi mencurigainya sebagai tersangka.

Baca Juga

Hae-joon mulai menginvestigasi Seo-rae. Dalam pengintaiannya, Hae-Joon merasa dirinya perlahan-lahan mulai tertarik pada Seo-rae. Sementara itu, Seo-rae yang sulit ditebak, malah bersikap berani terhadap Hae-joon walaupun dirinya tengah dicurigai atas tindak kejahatan.

 

Decision To Leave padat dengan banyak simbol dan informasi. Ada begitu banyak detail kecil di setiap menit dari film bergenre mystery/thriller itu.

Decision To Leave membutuhkan perhatian penonton untuk mencoba memproses semua adegannya. Tak hanya misterius, tetapi cukup rumit dan sulit untuk dipahami.

Film ini lebih tentang permainan psikologis antara kedua karakter utama, yakni Tang Wei dan Park Hae-il. Ada banyak simbol dan detail yang digunakan untuk melukiskan gambaran dinamika misterius antara dua karakter utama.

Meski demikian, film yang berkompetisi untuk Palme d’Or di Festival Film Cannes 2022 itu ditata dengan indah, mulai dari komposisi visual hingga transisi, pilihan pengeditan, hingga zoom kamera. Film memiliki pergerakan yang dinamis.

Sebagai sutradara, Park Chan-wook tahu betul bagaimana membuat bidikan terlihat tenang dan juga keren dalam waktu bersamaan. Dia piawai memantulkan adegan ke adegan dengan anggun, seperti kelereng.

Sutradara yang juga mengarahkan Oldboy dan The Handmaiden itu mengajak penonton berpikir cermat ke setiap adegan. Bahkan, setetes teh dari teko bisa menjadi air mata yang mengalir di pipi. Film ini dijahit dengan begitu rapi.

Film berdurasi dua jam 18 menit itu juga menyajikan pemandangan indah, seperti pegunungan dan laut untuk dilihat penonton. Ceritanya memang sangat memesona, yang membuat penonton penasaran kelanjutan setiap adegan. Meski demikian, film ini tidak "semenyenangkan" seperti film garapan sutradara lain.

Penonton mungkin akan berusaha untuk mendekonstruksi detail dan informasi tertentu dari setiap adegan, di mana itu tidak benar-benar membantu dalam memahami film. Penonton mungkin akan mempertanyakan, "Apakah detail dan informasi itu mungkin terlalu memperumit hubungan antara dua karakter?".

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement