Rabu 13 Jul 2022 19:39 WIB

Diapresiasi Pengurus Pusat, PMI Banten Bangun Klinik Haemodialisa

Klinik yang dibangun diatas lahan seluas 224 meter menghabiskan biaya pembangunan Rp

Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Banten terus meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Salah satunya dengan mulai membangun fasilitas kesehatan berupa klinik haemodialisa di lingkungan Markas PMI Banten di Kota Serang.
Foto: istimewa
Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Banten terus meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Salah satunya dengan mulai membangun fasilitas kesehatan berupa klinik haemodialisa di lingkungan Markas PMI Banten di Kota Serang.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Banten terus meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Salah satunya dengan mulai membangun fasilitas kesehatan berupa klinik haemodialisa di lingkungan Markas PMI Banten di Kota Serang. 

Peletakan batu pertama pembangunan klinik tersebut dilakukan langsung Ketua PMI Provinsi Banten Ratu Tatu Chasanah bersama Ketua Bidang Kesehatan dan Sosial PMI pusat Profesor Fahmi Idris dan sejumlah perwakilan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Provinsi Banten, Rabu (13/7/2022). 

Baca Juga

Ketua Bidang Organisasi PMI Banten sekaligus Ketua Pelaksana Pembangunan Klinik Haemodialisa PMI Banten, Amrin Nur mengatakan, semua program kerja PMI Banten satu per satu dilaksanakan dengan baik. Termasuk pembangunan klinik hemodialisa. 

“Kami sudah belajar ke PMI Surakarta yang sudah punya klinik haemodialisa. Kami pelajari administrasi, manajemen, dan proses pelayanan. Selanjutnya berbagai konsultasi dilakukan untuk memastikan klinik yang dibangun sesuai dengan aturan Kementerian Kesehatan,” ujarnya. 

Ia menjelaskan, klinik dibangun pada lahan seluas 224 meter persegi di lingkungan Markas PMI Banten. Menggunakan anggaran hibah APBD Provinsi Banten sebesar Rp 1,6 miliar. “Pada tahap pertama dibangun satu lantai untuk klinik hemodialisa. Jika anggaran bertambah, kami lanjutkan menjadi dua lantai,” katanya.

Ketua PMI Banten Ratu Tatu Chasanah mengatakan, selain program kerja, pembangunan klinik dalam rangka menjalankan rencana strategis PMI untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Terutama bagi masyarakat dengan ketergantungan cuci darah atau yang memiliki penyakit ginjal akut. 

“Insya Allah, tahun ini selesai tahap satu dan klinik haemodialisa bisa beroperasi pada tahun 2023. Tahap kedua, mohon doa dan dukungan,  kira targetkan penambahan pelayanan kesehatan umum, penyakit dalam, dan kesehatan ibu-anak,” ujar Tatu.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar, tren peyakit ginjal kronik terlihat mengalami peningkatan dari 0,2 persen pada tahun 2013 menjadi 0,38 persen pada tahun 2018. Kemudian derdasarkan data IHME Global Burden of Diseases tahun 2019, penyakit Ginjal Kronik masuk dalam 10 besar penyebab kematian tertinggi di Indonesia.

Ketua Bidang Kesehatan dan Sosial PMI pusat Profesor Fahmi Idris mengapresiasi program kerja PMI Banten dengan membangun klinik haemodialisa. “Penghargaan setinggi-tingginya dan apresiasi terhadap jajaran pengurus PMI Banten. Kaitan dengan klinik ini, ke depan kami berharap, PMI Banten semakin otonom dan independen, punya sumber pendanaan cukup baik untuk membantu masyarakat,” ujarnya. 

Menurutnya, pembangunan klinik haemodialisa memang bukan yang pertama dilakukan oleh PMI di daerah, tetapi belum banyak. Sementara kebutuhan masyarakat akan fasilitas kesehatan cuci darah semakin tinggi. “Jangan sampai hanya pada peletakan batu pertama. Kami insya Allah akan datang kembali ketika proses peresmian pelayanan dimulai,” ujarnya. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement