Rabu 13 Jul 2022 20:32 WIB

Harga Bawang Merah di Kota Bogor Capai Rp 80 Ribu Perkilogram

Kenaikan harga akibat gangguan cuaca yang tidak menentu di sentra produksi

Rep: shabrina zakaria/ Red: Hiru Muhammad
 Harga bawang merah di pasaran berada di angka Rp 65 ribu hingga Rp 80 ribu per kilogram.
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Harga bawang merah di pasaran berada di angka Rp 65 ribu hingga Rp 80 ribu per kilogram.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR— Tak hanya cabai, harga bawang  merah pada sejumlah  pasar di Kota Bogor juga mengalami peningkatan. “Harga bawang ada yang naik di pasaran, ada juga yang tidak. Harga yang paling tinggi pada bawang merah,” kata Staff Humas Perumda Pasar Pakuan Jaya (PPJ), Fachrenza Ardieansyah, dikonfirmasi, Rabu (13/7).

Dalam data yang diterima Republika dari Humas Perumda PPJ, harga bawang merah di pasaran berada di angka Rp 65 ribu hingga Rp 80 ribu per kilogram. Kendati demikian, Fachrenza mengatakan pihaknya mendapat data riil mengapa cabai dan bawang di pasaran mengalami kenaikan."Hanya saja kondisi cuaca yg tidak menentu atau hujan di daerah sentra produksi menyebabkan terjadinya gangguan produksi,” ucapnya.

Baca Juga

Salah seorang pedagang warteg bernama Ummi di kawasan GOR Pajajaran, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor mengaku kesusahan akibat kenaikan harga yang terjadi pada bawang dan cabai. Setiap hari, Ummi membeli bawang dan cabai di Pasar Anyar sebanyak seperempat kilogram.

Dulu, ia menyebutkan, setiap membeli seperempat kilogram cabai dan bawang rata-rata uang yang harus dikeluarkannya hanya sekitar Rp 10 ribu. Namun, saat ini setiap belanja ia harus mengeluarkan uang sebanyak Rp 35 ribu untuk seperempat kilogram bawang atau cabai.“Bedanya jauh Rp 25 ribu sekali belanja. Belinya di Pasar Anyar, setiap hari belanja,” sebutnya.

Untuk mengatasi hal tersebut, Ummi mengaku tidak bisa menaikkan harga makanan di warungnya. Sehingga ia harus mengakalinya dengan menggunakan cabai untuk sambal saja.“Lauk-lauk kayak tempe cuma dikecap, tongkol balado jadi gulai, sayur-sayur yang diirisin cabai dikurangin cabainya cuma sedikit,” tutur Ummi.

 

 

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement