Jumat 15 Jul 2022 00:55 WIB

Presiden Iran: Kunjungan Biden tak Bawa Keamanan Bagi Israel

Biden ke Timur Tengah tidak akan membawa perdamaian bagi Israel.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Presiden Iran Ebrahim Raisi mengungkapkan, lawatan diplomatik Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden ke Timur Tengah tidak akan membawa perdamaian bagi Israel.
Foto: AP/Vahid Salemi
Presiden Iran Ebrahim Raisi mengungkapkan, lawatan diplomatik Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden ke Timur Tengah tidak akan membawa perdamaian bagi Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Presiden Iran Ebrahim Raisi mengungkapkan, lawatan diplomatik Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden ke Timur Tengah tidak akan membawa perdamaian bagi Israel. Raisi pun menyinggung tentang upaya AS membantu Israel merangkul lebih banyak negara di kawasan untuk melakukan normalisasi diplomatik dengannya.

“Jika kunjungan pejabat Amerika ke negara-negara di kawasan itu untuk memperkuat posisi rezim Zionis dan untuk menormalkan hubungan rezim ini dengan beberapa negara, upaya mereka tidak akan menciptakan keamanan bagi Zionis dengan cara apa pun,” ujar Raisi, Rabu (13/7), dikutip laman Al Arabiya.

Dia menekankan, Iran memantau dengan cermat semua perkembangan di Timur Tengah. “Kami telah berulang kali memberi tahu mereka yang telah membawa pesan dari Amerika bahwa jika tindakan sekecil apa pun dilakukan terhadap integritas teritorial Iran, itu akan disambut dengan tanggapan tegas kami,” ucapnya.

Di hari yang, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanani mengatakan, pembentukan koalisi regional oleh AS tidak akan menjamin keamanan untuk kawasan. “Kebijakan membuat kelompok dan blok serta membentuk koalisi militer, terutama di bawah pengawasan negara non-regional, pasti tidak akan berkontribusi pada keamanan dan stabilitas,” katanya.

“Keamanan tidak dapat dibeli atau diimpor. Kami percaya bahwa menciptakan stabilitas dan keamanan di kawasan hanya dapat dicapai melalui kerja sama kolektif negara-negara kawasan, yang merupakan pemilik sebenarnya dari kawasan tersebut,” ujar Kanani menambahkan.

Joe Biden telah tiba di Israel pada Rabu. Dia diagendakan bertemu Perdana Menteri Israel Yair Lapid pada Kamis (14/7). Selain hubungan bilateral, mereka akan membahas isu regional dan global. Dalam pertemuan itu, Biden dan Lapid dilaporkan akan menandatangani dokumen hubungan bilateral bertajuk “The Jerusalem Declaration on the US-Israel Strategic Partnership”.

Seorang pejabat senior Israel mengungkapkan, deklarasi tersebut merupakan pernyataan bersejarah yang menunjukkan vitalitas dan keniscayaan hubungan AS-Israel. “(Deklarasi) ini adalah platform untuk kerja sama di tahun-tahun mendatang,” katanya, dikutip laman Times of Israel, Rabu.

Dalam deklarasi tersebut, AS akan menekankan kembali komitmennya terhadap keamanan dan keunggulan militer Israel di kawasan. Deklarasi pun turut menyematkan isu nuklir Iran. Kedua negara berkomitmen menggunakan semua elemen kekuatan nasional untuk mencegah Iran mengembangkan dan memiliki senjata nuklir.

Biden bakal turut berkunjung ke Tepi Barat dan bertemu Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Pada Jumat (15/7/2022), Biden akan melanjutkan perjalanannya ke Arab Saudi. Dalam tur diplomatiknya ini, Biden dikabarkan akan turut mengemban “misi” untuk mengupayakan normalisasi hubungan diplomatik antara Israel dan Saudi. Lapid sudah memberi sinyal terkait hal itu saat berpidato di rapat kabinet Israel pada Ahad (10/7/2022) lalu. “Dari Yerusalem, pesawat presiden (AS) akan terbang ke Arab Saudi, dan dia akan membawa pesan perdamaian dan harapan dari kami,” kata Lapid.

Sejauh ini Saudi masih mempertahankan prinsipnya untuk tak menjalin hubungan resmi dengan Israel. Riyadh pun berulang kali menekankan bahwa hal itu hanya mungkin terjadi jika Palestina merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement