Jumat 15 Jul 2022 04:40 WIB

Kriminolog Ulas Penyebab Orang Lakukan Kekerasan Seksual

Ada sejumlah penyebab yang dapat membuat orang menjadi pelaku kekerasan seksual.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Reiny Dwinanda
Pelaku kejahatan seksual diborgol (Ilustrasi). Kebiasaan melihat konten penyimpangan seksual, termasuk kekerasan seksual, bisa membuat orang terpantik melakukan hal serupa.
Foto: Antara/Zabur Karuru
Pelaku kejahatan seksual diborgol (Ilustrasi). Kebiasaan melihat konten penyimpangan seksual, termasuk kekerasan seksual, bisa membuat orang terpantik melakukan hal serupa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kriminolog dari Universitas Indonesia, Maria Zuraida, mengatakan, ada beberapa penyebab seseorang melakukan kekerasan seksual. Menurutnya, pelaku bisa jadi sering melihat video penyimpangan atau kekerasan seksual hingga terpantik melakukan hal serupa.

"Ada juga kemungkinan punya penyimpangan sejak kecil karena mempunyai syahwat besar secara bawaan," kata Maria ketika dihubungi Republika.co.id, Kamis (14/7/2022).

Baca Juga

Maria menjelaskan, di samping kebiasaan melihat konten kekerasan seksual, pengalaman masa kecil juga bisa menjadi penyebab orang menjadi pelaku. Misalnya, orang yang semasa kecilnya kerap melihat orang tuanya berhubungan intim, entah karena rumah kecil atau orang tua tidak waspada.

Tak hanya itu, menurut Maria, seseorang yang tidak menjaga pandangannya juga dikhawatirkan menimbulkan kerentanan preilaku kekerasan seksual. "Sering melihat perempuan yang memakai pakaian minim dan seksi juga bisa menjadi penyebab," tutur Maria.

Dalam kesempatan terdahulu, Asisten Deputi Perlindungan Hak Perempuan dalam Rumah Tangga dan Rentan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), Valentina Gintings, mengatakan, pihaknya banyak menemukan para pelaku kekerasan seksual yang pada masa kecilnya menjadi korban kekerasan seksual. Trauma yang dialami pada masa kecil tersebut dibawa hingga dewasa sehingga membuat mereka menjadi pelaku kekerasan seksual.

"Luka itu kemudian terbawa-bawa, tidak bisa diselesaikan, kemudian berada dalam lingkungan keluarga yang terus-menerus menerornya sampai dia besar sehingga akhirnya terbawa terus dan kemudian mereka bisa menjadi pelaku," katanya.

Menghentikan

Valentina mengatakan, perlu biaya dan upaya yang besar untuk memulihkan rasa trauma pada para korban kekerasan seksual. Menurutnya, anak-anak mengalami dampak yang cukup besar ketika menjadi korban kekerasan, baik itu kekerasan fisik, psikis atau seksual.

"Rasa trauma, dendam, kemudian menutup diri, ketika mereka mengalami kekerasan itu dampaknya cukup besar," katanya.

Lebih lanjut, Maria menjelaskan perilaku tersebut bukan tidak bisa dihentikan, meski perlu waktu yang tidak sedikit. Salah satu cara untuk mengobati gangguan itu adalah dengan mengajak pelaku ke tempat yang lebih positif.

"Kegiatan agama seperti sholat berjamaah bagi Muslim. Setelah sholat kan biasanya ada siraman rohani," tutur dia.

Cara lain yang bisa dilakukan untuk mengatasi perilaku menyimpang tersebut adalah dengan memberikan edukasi tentang perilaku baik serta contoh aktualnya. Selain itu, mencari cara untuk menyalurkan bakat, menurut Maria, juga dapat menjadi bentuk upaya pencegahan.

"Ajak dengan kesibukan bekerja sesuai kemampuan seperti bengkel, menjadi pelayan rumah makan, memasak makanan secara mudah dan ringan misalnya," jelas dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement