Jumat 15 Jul 2022 13:05 WIB

Perdana Menteri Italia Ajukan Mundur, Tapi Ditolak oleh Presiden

Presiden Italia Sergio Mattarella menolak pengunduran diri Perdana Menteri.

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Perdana Menteri Italia Mario Draghi ajukan pengunduran diri tapi ditolak presiden. Ilustrasi.
Foto: Roberto Monaldo/LaPresse via AP
Perdana Menteri Italia Mario Draghi ajukan pengunduran diri tapi ditolak presiden. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, ROMA - Presiden Italia Sergio Mattarella menolak pengunduran diri Perdana Menteri Mario Draghi pada Kamis (14/7/2022), setelah drama politik berlangsung seharian. Kekisruhan politik itu bisa membuat pemerintahan persatuan nasional jatuh setelah mereka berkuasa kurang dari 18 bulan.

Draghi pada Kamis mengumumkan akan mundur setelah partai koalisi Gerakan Bintang 5 tidak berhasil menopang dia dalam pemungutan suara soal kepercayaan terhadap rencananya menangani lonjakan harga berbagai kebutuhan. "Koalisi persatuan nasional pendukung pemerintahan ini sudah tak ada lagi," katanya.

Baca Juga

Draghi (74), yang adalah mantan kepala Bank Sentral Eropa (ECB), menjabat perdana menteri sejak Februari 2021. Ia sudah mendatangi Istana Quirinale di Roma untuk bertemu dengan Mattarella, penengah utama dalam politik Italia, dan menyerahkan surat pengunduran dirinya kepada sang presiden. Namun, Mattarella mendesaknya agar mempertimbangkan kembali keputusan tersebut.

Mattarella meminta Draghi untuk berbicara dengan parlemen guna mendapat gambaran yang lebih jelas soal situasi politik. Draghi diperkirakan akan muncul di parlemen Rabu (20/7/2022). Sebelum itu, ia kemungkinan akan melanjutkan rencana untuk mengunjungi Aljazair, negara penting pemasok gas, pada Senin (18/7/2022) dan Selasa (19/7/2022), kata beberapa sumber di kalangan politik.

Ada beberapa pilihan yang bisa diambil Presiden Mattarella (81 tahun) dalam menyikapi pengunduran diri Draghi. Ia bisa berupaya membujuk Draghi untuk membentuk pemerintahan baru, mencari pemimpin sementara yang akan membimbing Italia menuju pemilihan tahun depan, atau menyelenggarakan pemilihan dini.

Partai-partai politik Italia mengalami perpecahan menyangkut berbagai masalah, seperti lonjakan biaya hidup serta langkah untuk menanggapi invasi Rusia ke Ukraina. Perpecahan itu memburuk terkait pendekatan menjelang pemilihan umum, yang dijadwalkan berlangsung pada semester pertama 2023.

Draghi, yang adalah perdana menteri keenam Italia dalam satu dasawarsa terakhir ini, dipuji atas langkah-langkahnya membantu mengarahkan Italia dalam menangani krisis akibat virus corona. Sosoknya juga telah membantu Italia memiliki lebih banyak pengaruh di panggung internasional.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement