Sabtu 16 Jul 2022 00:05 WIB

Gotabaya Rajapaksa, Pahlawan Perang yang Kini Dihujat

Rajapaksa pernah dianggap sebagai pahlawan perang tapi kini dihujat rakyatnya

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa pernah dianggap sebagai pahlawan perang oleh mayoritas Buddha Sinhala tetapi kini dihujat rakyatnya
Foto: AP/Andy Buchanan/AFP Pool
Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa pernah dianggap sebagai pahlawan perang oleh mayoritas Buddha Sinhala tetapi kini dihujat rakyatnya

REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO - Parlemen Sri Lanka resmi menerima surat pengunduran diri Presiden Gotabaya Rajapaksa, Jumat (15/7/2022). Dalam masa kepemimpinannya, sosok Rajapaksa pernah dianggap sebagai pahlawan perang oleh mayoritas Buddha Sinhala.

Seperti dilansir laman Times of India, Jumat (15/7/2022), dalam sejarahnya Gotabaya Rajapaksa membantu menghancurkan kelompok separatis, Liberation Tigers of Tamil Eelam (LTTE) dan mengakhiri hampir 30 tahun perang saudara. Rajapaksa pernah menjabat sebagai menteri pertahanan selama masa jabatan presiden kakak laki-lakinya Mahinda Rajapaksa dari 2005 hingga 2014.

Gotabaya Rajapakasa sendiri dipilih sebagai presiden oleh rakyat Sri Lanka yang khawatir tentang ekstremisme Islam di negara mayoritas Buddha setelah pemboman Paskah pada 21 April 2019 yang membunuh lebih dari 250 orang. Meskipun dijuluki sebagai "pahlawan perang", peran Rajapaksa dalam LTTE dengan kematian pemimpinnya Velupillai Prabhakaran pada 2009 cukup memecah belah. Sebab ia dituduh melanggar hak asasi manusia, meski ia menolak tuduhan itu.

Rajapaksa mengambil sumpah sebagai presiden di Buddha Ruwanwelisaya di Anuradhapura, sebuah kuil kuno yang dibangun oleh Raja Sinhala Dutugemenu yang terkenal karena mengalahkan raja Tamil. Upacara pengambilan sumpahnya menunjukkan bahwa presiden bersandar pada dominasi Buddha Sinhala di pulau yang diduduki 20 persen umat Hindu dan Muslim.

Rajapaksa dituduh mengawasi penyiksaan dan pembunuhan tanpa pandang bulu terhadap warga sipil dan kombatan, dan kemudian pembunuhan politik. Dia dan saudaranya Mahinda juga dituduh memaafkan kekerasan seks dan pembunuhan di luar proses hukum yang diduga dilakukan oleh pihak keamanan Sri Lanka selama Perang.

Rajapaksa, yang merupakan target utama Tamil Tigers, selamat dari upaya pembunuhan pada Desember 2006 oleh bom bunuh diri LTTE. Dia juga dianggap condong ke Cina.

Selama rezim saudaranya Mahinda, Cina mulai berinvestasi besar-besaran dalam proyek infrastruktur di negara kepulauan itu, sebab Sri Lanka menghadapi isolasi internasional di ujung perang saudara. Kritikus mengatakan hal itu karena Mahinda bahwa negara itu telah jatuh ke dalam perangkap utang Cina.

Pelabuhan Hambantota, yang didanai oleh pinjaman Cina selama rezim Mahinda, disewakan ke Beijing dalam pertukaran utang-untuk-ekuitas selama 99 tahun pada 2017 setelah negara itu gagal melunasi utangnya. Sri Lanka secara historis menjadi pusat komersial penting di sepanjang rute maritim karena posisinya yang strategis di Samudra Hindia, di mana Cina semakin membuat terobosan.

Profil Gotabaya Rajapaksa

Lahir pada 20 Juni 1949 di Palatuwa di distrik Matara, Rajapaksa berasal dari keluarga politik terkenal. Ia adalah anak kelima dari sembilan bersaudara. Ayahnya D A Rajapaksa adalah seorang politisi terkemuka pada 1960-an di pemerintahan Wijeyananda Dahanayake dan juga anggota pendiri dari Partai Kebebasan Sri Lanka.

Rajapaksa memperoleh pendidikan dasar dan menengah di Ananda College di Kolombo dan memperoleh gelar pascasarjana di bidang Teknologi Informasi dari University of Colombo pada 1992. Dia bergabung dengan Angkatan Darat Ceylon sebagai Perwira Kadet pada 1971. Pada 1983, ia juga memperoleh gelar master dalam Studi Pertahanan dari Universitas Madras.

Pada 1991, ia diangkat sebagai Wakil Komandan Akademi Pertahanan Sir John Kotelawala dan memegang posisi tersebut hingga pensiun dini dari tentara pada 1992. Selama 20 tahun dinas militernya, Rajapaksa menerima penghargaan atas keberanian dari tiga presiden Sri Lanka, JR Jayewardene, Ranasinghe Premadasa dan DB Wijetunga.

Setelah pensiun, Rajapaksa mengejar diploma pascasarjana dalam Teknologi Informasi dari Universitas Kolombo. Kemudian ia bergabung dengan Informatika, sebuah perusahaan IT yang berbasis di Kolombo sebagai manajer pemasarannya.

Selanjutnya ia bermigrasi ke AS pada 1998 dan bekerja di Lovola. Pada 2005, ia kembali ke Sri Lanka untuk membantu kampanye pemilihan presiden saudaranya Mahinda. Selama waktu itu, ia memperoleh kewarganegaraan dari Sri Lanka.

Dia diangkat ke jabatan menteri pertahanan pada November 2005 oleh presiden Mahinda yang baru terpilih. Dalam kapasitas ini, ia memantau operasi militer yang akhirnya mengalahkan LTTE dan membuatnya mendapatkan gelar "pahlawan perang". Rajapaksa menikah dan memiliki seorang putra.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement