Jumat 15 Jul 2022 21:32 WIB

Jadi Narasumber PLM, Ketua IPI Aceh Ingatkan Pentingnya Literasi Digital

Pustakawan perlu memiliki kompetensi literasi digital.

Red: Irwan Kelana
Ketua Pengurus Daerah Ikatan Pustakawan Indonesia (PD-IPI) Aceh, Nazaruddin Musa MLIS  menjadi narasumber Peer Learning Meeting (PLM) Provinsi Aceh yang dilaksanakan oleh Perpustakaan Nasional RI dan DPKA, di Kyriad Hotel Muraya Aceh, Banda Aceh, beberapa waktu lalu.
Foto: Dok IPI Aceh
Ketua Pengurus Daerah Ikatan Pustakawan Indonesia (PD-IPI) Aceh, Nazaruddin Musa MLIS menjadi narasumber Peer Learning Meeting (PLM) Provinsi Aceh yang dilaksanakan oleh Perpustakaan Nasional RI dan DPKA, di Kyriad Hotel Muraya Aceh, Banda Aceh, beberapa waktu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH – Seiring perkembangan teknologi informasi (TIK), model promosi dan publikasi telah mengalami transformasi dari manual ke digital atau lebih dikenal dengan istilah digital marketing. Hal ini mengharuskan pustakawan perlu memiliki kompetensi literasi digital.

Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Pengurus Daerah Ikatan Pustakawan Indonesia (PD-IPI) Aceh, Nazaruddin Musa MLIS PhD saat menjadi narasumber Peer Learning Meeting (PLM) Provinsi Aceh yang dilaksanakan oleh Perpustakaan Nasional RI dan DPKA, di Kyriad Hotel Muraya Aceh, Banda Aceh, beberapa waktu lalu.

"Seiring dengan perkembangan perangkat teknologi digital di era Internet, bentuk promosi dan publikasi terus bertambah dan bervariasi," kata Nazaruddin Musa seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Dalam materinya yang berjudul “Literasi digital untuk promosi dan publikasi layanan Perpustakaan’, Nazar menjelaskan bahwa promosi dan publikasi layanan perpustakaan merupakan suatu keharusan.

Menurut Nazar, salah satu bentuk promosi yang paling populer saat ini adalah promosi melalui media sosial (medsos). "Promosi medsos merupakan salah satu media promosi digital yang memanfaatkan kekuatan jaringan medsos populer seperti Facebook, Youtube, Instagram, twitter dan yang terbaru adalah Tik Tok," kata doktor bidang Multimedia Management UUM Malaysia.

Lebih lanjut, Nazar menjelaskan bahwa promosi dan publikasi merupakan salah satu kegiatan penting perpustakaan yang harus dilakukan secara rutin dan profesional.

Selain itu, untuk memastikan kegiatan tersebut berjalan lancar maka terlebih dahulu harus melakukan pemetaan tentang kondisi dan situasi perpustakaan, baik itu terkait sarana maupun sumber daya manusia.

Di samping itu juga situasi pemustaka seperti data kepemilikan media digital/medso,  durasi akses, waktu akses, dn  apa yang diakses. “Setelah itu baru merencanakan target promosi, seperti pemustaka mana yang ingin dijangkau,  konten yang tepat untuk dibagikan,  waktu terbaik untuk memposting dan platform apa yang akan digunakan,” ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement