REPUBLIKA.CO.ID., NEW DELHI -- Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa tiba di Singapura untuk "kunjungan pribadi", menurut Kementerian Luar Negeri Singapura.
"Telah dikonfirmasi, Tuan Rajapaksa telah diizinkan masuk ke Singapura dalam kunjungan pribadi. Dia tidak meminta suaka dan dia juga tidak diberikan suaka. Singapura umumnya tidak mengabulkan permintaan suaka," kata kementerian.
Rajapaksa melarikan diri ke Maladewa setelah krisis ekonomi yang memburuk di negara kepulauan itu.
Dia menunjuk Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe pada hari Rabu untuk "menjalankan kekuasaan, tugas & fungsi Kantor Presiden yang berlaku mulai 13 Juli 2022."
Sri Lanka memberlakukan kembali jam malam di distrik Kolombo hingga Jumat pagi dan situasi tetap tenang hingga Kamis, menurut polisi.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan pada Kamis, dia terus mengikuti situasi dengan sangat cermat.
"Penting bahwa akar penyebab konflik dan keluhan pengunjuk rasa ditangani. Saya mendesak semua pemimpin partai untuk merangkul semangat kompromi untuk transisi yang damai dan demokratis," tulisnya di Twitter.
Di tengah protes massal setelah krisis ekonomi yang memburuk, Ketua Parlemen Sri Lanka Mahinda Yapa Abeywardena mengatakan pada Sabtu bahwa presiden akan mengundurkan diri pada 13 Juli.
Perkembangan itu terjadi setelah ribuan pengunjuk rasa menyerbu istana kepresidenan di Kolombo dan juga membakar rumah perdana menteri.
Lumpuh oleh kekurangan devisa setelah runtuhnya ekonomi yang bergantung pada pariwisata, negara pulau berpenduduk 22 juta orang itu telah gagal membayar semua utang luar negerinya. Mereka tidak mampu membayar bahan bakar dan kebutuhan pokok lainnya, yang mengakibatkan protes anti-pemerintah.
Kurangnya bahan bakar untuk menjalankan pembangkit listrik pada gilirannya menyebabkan pemadaman listrik setiap hari. Sekolah telah ditutup dan pegawai negeri telah diminta untuk bekerja dari rumah.
Pemerintah sedang bernegosiasi dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk paket bailout. Para pengunjuk rasa menyalahkan dinasti politik Rajapaksa atas krisis tersebut, dan salah satu saudara Rajapaksa, Mahinda Rajapaksa, mengundurkan diri sebagai perdana menteri pada Mei.
Protes berbulan-bulan menuntut pengunduran diri Presiden Rajapaksa, yang pemerintahnya disalahkan atas salah urus keuangan Sri Lanka yang kronis.