Ahad 17 Jul 2022 11:40 WIB

G20 Dorong Koordinasi Bantu Negara Penghasilan Rendah

G20 menekankan pentingnya para kreditur memberikan perlakuan utang yang menyesuaikan.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolandha
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan keterangan saat konferensi pers hasil 3rd Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) G20 di Nusa Dua, Badung, Bali, Sabtu (16/7/2022). Pertemuan FMCBG Ke-3 berhasil menyepakati sejumlah inisiatif dan kesepakatan terkait persoalan keuangan dunia.
Foto: ANTARA/Fikri Yusuf
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan keterangan saat konferensi pers hasil 3rd Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) G20 di Nusa Dua, Badung, Bali, Sabtu (16/7/2022). Pertemuan FMCBG Ke-3 berhasil menyepakati sejumlah inisiatif dan kesepakatan terkait persoalan keuangan dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Negara-negara G20 mendorong koordinasi erat untuk membantu kelompok negara berpenghasilan rendah yang terdampak paling parah karena kondisi krisis global. Negara-negara tersebut menghadapi segala imbas krisis mulai dari kerawanan pangan dan keterbatasan energi, inflasi tinggi, hingga infrastruktur keuangan yang tidak kuat.

Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani mengatakan situasi utang terus memburuk di beberapa negara berpenghasilan menengah yang rentan. Hal ini membawa dampak politik parah di sejumlah negara.

Baca Juga

"Kami menyambut baik koordinasi multilateral yang melibatkan semua kreditur bilateral untuk mengambil tindakan cepat guna menanggapi permintaan negara-negara berpenghasilan menengah untuk penanganan utang," katanya dalam keputusan FMCBG Bali, Sabtu (16/7/2022).

Negara-negara G20 menekankan pentingnya para kreditur baik swasta maupun bilateral berkomitmen memberikan perlakuan utang yang menyesuaikan. Para kreditur diminta memastikan pembagian beban yang adil sejalan dengan prinsip kesetaraan.

G20 juga menegaskan kembali komitmen untuk meningkatkan upaya penerapan Common Framework for Debt Treatment secara tepat waktu, tertib dan terkoordinasi. G20 menyambut kemajuan dalam hal ini, termasuk pertemuan pertama komite kreditur untuk Zambia.

"Kami menantikan penyediaan jaminan pembiayaan untuk Zambia, dan mendorong penyelesaian tepat waktu dari perlakuan utang untuk Chad dan Ethiopia," katanya.

Gubernur BI, Perry Warjiyo menambahkan G20 menegaskan kembali komitmen untuk mempertahankan jaring pengaman keuangan dari sisi moneter. G20 menyambut janji sebesar 73 miliar dolar AS melalui penyaluran Special Drawing Rights (SDRs) atau kontribusi yang setara.

Negara-negara juga menyerukan komitmen lebih lanjut dari semua negara yang bersedia dan mampu untuk memenuhi total ambisi global sebesar 100 miliar dolar AS kontribusi sukarela untuk negara-negara yang paling sedang membutuhkan.

"G20 terus mendukung semua negara yang rentan untuk memastikan bahwa kita semua akan pulih bersama, pulih lebih kuat," katanya.

G20 menyambut baik pembentukan Resilience and Sustainability Trust (RST) dan meminta IMF, dengan dukungan dari para anggotanya, untuk memastikan operasionalisasi penuhnya pada Pertemuan Tahunan 2022. Ini dibuat untuk membantu negara-negara berpenghasilan rendah, negara-negara kecil yang memenuhi syarat, dan berpenghasilan menengah yang rentan. 

Banyak negara terbatas dalam mengatasi tantangan struktural jangka panjang yang menimbulkan risiko makroekonomi. Ini termasuk yang berasal dari pandemi dan perubahan iklim.

"Kami menyambut janji untuk kontribusi sukarela kepada RST dan meminta kontribusi lebih lanjut untuk itu dan untuk Poverty Reduction and Growth Trust (PRGT) untuk memastikan kumpulan kontributor yang luas untuk memenuhi kebutuhan pendanaan," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement