REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Presiden Taiwan Tsai Ing-wen meluncurkan kampanye untuk Democratic Progressive Party (DPP) dalam pemilihan lokal pada November 2022 mendatang. Dia menggembar-gemborkan ketahanan ekonomi pulau itu dalam menghadapi tantangan global seperti perang di Ukraina dan inflasi.
Tsai dan DPP yang berkuasa menyapu bersih pemilihan presiden dan parlemen pada 2020. Namun partai oposisi utama Kuomintang (KMT) membuat keuntungan kuat dalam pemilihan walikota dan anggota dewan pada 2018.
Ketua partai DPP mengatakan apa yang terjadi pada 2018 adalah pelajaran mendalam. "Namun, kita semua tahu betul bahwa orang-orang memberi kita pelajaran karena mereka ingin kita menjadi lebih baik," ujarnya.
Diperkenalkan sebagai "Captain Taiwan" pada kongres tahunan DPP, Tsai mengatakan, era pascapandemi penuh dengan tantangan dan peluang. Dia menunjuk pada invasi Rusia ke Ukraina dan melonjaknya inflasi global.
"Namun kami dapat tetap percaya diri. Fundamental ekonomi Taiwan bagus, dan banyak industri juga telah mengambil posisi strategis kunci dalam proses restrukturisasi rantai pasokan global," katanya.
Taiwan telah menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi 2022 di bawah empat persen dan mungkin memangkasnya lagi. Pembuat kebijakan telah berulang kali menunjukkan ekspor yang kuat sebagai tanda positif, terutama semikonduktor.
Pemilihan 26 November akan menjadi ujian bagi kedua belah pihak menjelang pemilihan presiden dan parlemen pada awal 2024. Pemilihan selanjutnya akan diadakan dengan latar belakang meningkatnya tekanan militer dari China, yang mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya sendiri.
Pemilihan walikota dan anggota dewan Taiwan secara tradisional lebih tentang masalah lokal seperti polusi dan masalah sosial. Pemilihan itu mengesampingkan tentang posisi internasional Taiwan atau hubungan dengan China.
KMT yang memerintah China sebelum perang saudara China pada 1949, secara tradisional mendukung hubungan dekat dengan daratan. Partai ini memberikan terbuka terhadap DPP yang akan menjual kebebasan dan demokrasi pulau itu.
Partai oposisi menyangkal hal ini tetapi tidak bisa menghilangkan tuduhan menjelang pemilihan 2020. KMT menuduh pemerintah sengaja bermusuhan dengan China dan menuduhnya membiarkan wabah Covid-19 domestik di luar kendali tahun ini, yang menyebabkan lebih dari empat juta infeksi.