REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG -- Polisi Afrika Selatan (Afsel) memburu pelaku-pelaku penembakan yang menewaskan sembilan orang insiden di terpisah di dua provinsi pada Sabtu (16/7/2022) malam. Serangkaian penembakan ini terjadi saat kekerasan mematikan di negara dengan angka pembunuhan tertinggi dunia meningkat tajam.
Empat orang tewas dan dua lainnya terluka dalam penembakan di pemukiman tak resmi Thembelihle di Provinsi Guateng. Penyelidikan awal menunjukkan sekelompok pria bermain di ujung jalan sekitar pukul 19:30 waktu setempat.
Dalam pernyataannya pihak berwenang mengatakan tiba-tiba ada orang tak dikenal yang menyerang mereka. "Empat orang dinyatakan tewas di lokasi kejadian pada Sabtu sementara dua lainnya di bawa ke rumah sakit terdekat setelah mengalami luka tembak," kata polisi, Ahad (17/7/2022).
Insiden terpisah juga terjadi di Thembelihle, di selatan Johannesburg. Polisi mengatakan seorang pria berusia 36 tahun dirampok, telepon genggam dan sepedanya diambil, dan korban ditembak hingga tewas.
Polisi mengatakan dalam tahap ini motif dari penembakan belum dapat dikonfirmasi. Sementara di Provinsi Cape Barat polisi menggelar penyelidikan atas tiga penembakan di Kota Khayelitsha. Polisi setempat Kolonel Andre Traut mengatakan penembakan keempat tidak berkaitan.
Pada Jumat (15/7/2022) polisi mengatakan delapan pelaku terhubung dengan insiden penembakan dan perampokan "acak" yang terpisah. Sebanyak enam orang ditangkap di Kota Alexandra pada Kamis (14/7/2022).
Belum diketahui apakah pelaku penembakan di Alexandra merupakan kelompok yang sama yang menggelar semua pembunuhan. Setiap tahun sekitar 20 ribu orang dari 60 juta warga Afrika Selatan tewas dibunuh.