Senin 18 Jul 2022 13:56 WIB

Agritech CROWDE Dampingi Petani Cabai Hingga Panen

Dalam hal ini, CROWDE berperan dalam memberikan pendampingan end-to-end.

Rep: ANTARA/ Red: Fuji Pratiwi
Petani memanen cabai merah keriting (ilustrasi). Startup teknologi agrikultur (agritech) CROWDE bersama Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Barat sukses membimbing dan mendampingi para petani cabai di Desa Karangnunggal, Tasikmalaya hingga meraih panen raya 6 Juli yang lalu.
Foto: ANTARA/Arnas Padda
Petani memanen cabai merah keriting (ilustrasi). Startup teknologi agrikultur (agritech) CROWDE bersama Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Barat sukses membimbing dan mendampingi para petani cabai di Desa Karangnunggal, Tasikmalaya hingga meraih panen raya 6 Juli yang lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Startup teknologi agrikultur (agritech) CROWDE bersama Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Barat sukses membimbing dan mendampingi para petani cabai di Desa Karangnunggal, Tasikmalaya hingga meraih panen raya 6 Juli yang lalu.

Panen perdana di Desa Karangnunggal menghasilkan 478,04 kg cabai merah keriting sebagai komoditas utamanya. Rata-rata hasil dalam satu hektar lahan mencapai 9 ton cabai merah keriting. Nantinya, hasil panen tersebut akan dijual dengan harga yang berlaku di pasaran, mengingat harga cabai sedang di puncaknya.

Baca Juga

"Rata-rata hasil yang produktif ini dari satu hektar lahan sekitar 9 ton. Yang menarik harga jualnya rata-rata Rp 100 ribu per kg. Ini, kan, bagus untuk petani. Kebetulan kan harga cabai saat ini sedang melonjak," kata Ketua Umum Kadin Jabar Cucu Sutara dalam siaran pers diterima di Jakarta, Senin (18/7/2022).

Desa Karangnunggal menjadi salah satu desa yang berpotensi menghasilkan komoditas pertanian, terutama cabai merah keriting. Panen raya ini digelar sebagai apresiasi kepada petani dan untuk menunjukkan bahwa kerja sama CROWDE dan BUMDes berhasil.

CROWDE memulai dengan empat proyek budidaya cabai merah keriting yang menjadi pilot project dan ditujukan untuk mencari potensi kelayakan budidaya di daerah. Pilot project dimulai dengan mengambil mitra petani yang berhasil lolos berdasarkan penilaian kelayakan dari segi kondisi lahan, SDM, serta BI checking.

Penyaluran modal usaha dilakukan menggunakan metode closed-loop-system, di mana petani akan menerima modal dalam bentuk pasokan input pertanian, bukan uang tunai untuk memitigasi risiko penyalahgunaan dana permodalan dan untuk kemudahan transaksi. Dalam hal ini, CROWDE berperan dalam memberikan pendampingan end-to-end mulai dari penyediaan saprotan (pupuk), pendampingan petani, dan memberikan edukasi kepada petani selama melakukan penanaman.

Sedangkan peran BUMDes sebagai penyedia lahan dan mencari petani yang ingin bergabung. "Kami para petani merasa sangat terbantu dengan kehadiran CROWDE yang telah memberikan bantuan berupa pendidikan hingga cara penanaman yang baik," kata Jaja, petani cabai merah keriting di Karangnunggal.

CROWDE yang per 2020 lalu tercatat memiliki 196 mitra petani jagung, 296 mitra petani padi, dan 1.841 mitra petani cabai, berharap bisa memberi dampak positif ke lebih banyak petani di seluruh Indonesia. Sementara 98,6 persen mitra petani setuju bahwa dengan bergabung di CROWDE, akses permodalan untuk menunjang usaha tani mereka jadi lebih mudah didapat.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement