Senin 18 Jul 2022 20:28 WIB

Menkes: Kenaikan Kasus Covid-19 di Indonesia Mirip India

Menkes Budi Gunadi Sadikin sebut kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia mirip India.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Bilal Ramadhan
Petugas kesehatan menyuntikan vaksin Covid-19 kepada penumpang kereta di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat. Menkes: Kenaikan Kasus Covid-19 RI Mirip dengan India.
Foto: Republika
Petugas kesehatan menyuntikan vaksin Covid-19 kepada penumpang kereta di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat. Menkes: Kenaikan Kasus Covid-19 RI Mirip dengan India.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin mengatakan, kasus Covid-19 di Indonesia mirip dengan India. Hal itu Budi sampaikan usai rapat terbatas evaluasi PPKM bersama Presiden Joko Widodo, Senin (18/7).

"Beberapa negara kenaikannya cukup tinggi malah sudah ada yang menembus angka 100rb per hari dan indonesia itu mirip dengan india dimana kenaikannya tidak cepat, tetapi perlahan naik terus dan kita belum melihat puncaknya tercapai dengan cepat seperti yang terjadi di negara lain," kata Budi dalam jumpa pers secara daring, Senin (18/7).

Baca Juga

Dalam kesempatan tersebut, Budi juga membenarkan varian Covid-19 Subvarian BA.2.75 sudah ada di Indonesia. Budi mengatakan, sudah ada ada 3 kasus yang dilaporkan akibat subvarian baru ini.

"Ini (subvarian BA.2.75) juga sudah masuk di Indonesia. Satu ada di Bali karena kedatangan luar negeri. Dua ada di Jakarta," kata Budi.

Budi mengatakan, sudah ada 15 negara lain selain Indonesia yang terpapar varian yang berasal dari India ini. Saat ini pihaknya masih menelusuri lebih lanjut sumber utama varian tersebut, diduga telah terjadi transmisi lokal setelah masuk ke Indonesia.

"Jadi kemungkinan besar transmisi lokal, sedang kita cari sumbernya dari mana," kata Budi.

Adapun, kemampuan subvarian baru ini sama dengan subvarian BA.4 dan BA.5 yang bisa menembus vaksinasi dibandingkan varian lain sehingga orang bisa saja terpapar meski sudah divaksin. Namun, angka untuk masuk rumah sakit atau fatalitas tetap tinggi meski sudah ada proteksi.

"Kita sampaikan ke Bapak Presiden bahwa proteksi untuk masuk ke rumah sakit, hospitalisasi dan fatality-nya masih tetap tinggi sehingga disarankan masyarakat tetap cepat-cepat saja dibooster karena walaupun ada kemungkinan terkena, tapi booster itu terbukti mampu melindungi kita untuk tidak masuk ke rumah sakit dan kalau toh pun masuk rumah sakit, tingkat fatalitasnya akan sangat rendah," tutur Budi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement