Selasa 19 Jul 2022 07:43 WIB

Hasto Kenang Keberanian Penulis 'Gurita Cikeas' Mengkritisi Korupsi

Keberanian George JA dalam mengkritisi korupsi bisa menginspirasi mahasiswa.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Agus Yulianto
Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto
Foto: istimewa
Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, menjadi pembicara seminar di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Salatiga bertema 'Strategi Pemerintahan Jokowi Menjaga Keamanan Nasional'. Dalam kesempatan itu 

Hasto sekaligus mengenang Almarhum George Junus Aditjondro, penulis buku 'Gurita Cikeas' yang juga pernah mengenyam pendidikan di UKSW.

“Almarhum George Junus Aditjondro itu memiliki spirit luar biasa, kritis, dan terkenal di kalangan aktivis. Almarhum George Aditjondro dikenal sebagai seorang sosiolog pemberani yang terkenal berani mengkritisi korupsi, bahkan sejak era Orde Baru,” kata Hasto dalam keterangan tertulisnya, Senin (18/7).

Hasto mengatakan, ancaman dan tekanan dari rezim Orde Baru juga sempat membuat George harus berpindah ke Australia. Dia berharap, keberanian George dalam mengkritisi korupsi bisa menginspirasi mahasiswa.

"Semoga semangat beliau itu bisa menginspirasi mahasiswa menjaga demokrasi Indonesia bersih dari perilaku koruptif,” ujarnya.

Dalam seminar tersebut, Hasto bericara soal pemikiran geopolitik Soekarno dan implementasinya. Ia menjelaskan, inti utama geopolitik Soekarno yang harus terus diperkuat adalah bagaimana rakyat Indonesia harus selalu berjuang membangun kepemimpinan di segala aspek kehidupan.

Hasto memaparkan, hasil temuan risetnya yang menjadi disertasi doktoralnya mengenai teori geopolitik Soekarno. Dia menjelaskan, perbedaan geopolitik Soekarno yang berorientasi membebaskan bangsa di dunia dari penjajahan dan menuju perdamaian abadi dengan geopolitik ala Barat yang orientasinya ekspansi dan cenderung menjajah.

Dirinya juga menjelaskan, geopolitik Soekarno berbasis tradisi intelektual, sehingga Indonesia merdeka, atau pembebasan Irian Barat, tak menunggu Indonesia memiliki sumber daya melimpah ruah. Namun, intelektualitas yang memadukan berbagai faktor sumber daya yang ada seperti demografi, teritori, politik, dan lain-lain. Artinya, menjadikan seluruh variabel geopolitik sebagai instrument of national power.

“Misalnya dalam pembebasan Irian Barat. Bung Karno mengalahkan konspirasi kolonialisme Belanda. Modalnya hanya Soekarno merancang Konferensi Asia Afrika. Modalnya hanya ide, imajinasi geopolitik, semangat juang, dan hospitality," katanya. 

"Hotel disediakan, makanannya disediakan khas kuliner nusantara. Kesemuanya ditampilkan penuh kebanggaan. Namun hasilnya adalah deklarasi Dasa Sila Bandung yang luar biasa,” ujarnya lagi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement