Gunungkidul Lakukan Gerakan Tanam Cabai Seluas 20 Hektare
Red: Yusuf Assidiq
Petani memanen cabai keriting. | Foto: ANTARA/Arnas Padda
REPUBLIKA.CO.ID, WONOSARI -- Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, melakukan gerakan menanam cabai seluas 20 hektare di Kecamatan (Kapanewon) Playen dan Wonosari dalam rangka memenuhi kebutuhan komoditas tersebut di pasar lokal.
Sekretaris Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Gunung Kidul, Raharjo Yuwono, di Gunungkidul, Selasa, mengatakan lahan penanaman cabai di Kecamatan Wonosari dipusatkan di Desa Duwet dan di Kecamatan Playen dipusatkan di Desa Plembutan.
"Nantinya Plembutan jadi fokus dari gerakan tanam cabai, yakni Kampung Hortikultura," kata Raharjo menambahkan.
Menurut dia, program gerakan tanam cabai ini juga mendapat dukungan dari pemerintah pusat. "Ada bantuan pembiayaan dari APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara)," katanya.
Jenis cabai yang ditanam adalah cabai merah keriting varian PM 99. Masa produksi diperkirakan akan berlangsung pada September hingga November tahun ini. Cabai jenis ini diperkirakan bisa 12 kali panen.
DPP Gunungkidul menargetkan hasil panen dari varian ini mencapai 22 ton. Hasil panen diharapkan bisa memenuhi pasokan untuk kebutuhan pangan.
"Lewat program ini diharapkan bisa menjadi kontributor pasokan cabai keriting, khususnya di Gunungkidul," kata Raharjo.
Sementara itu, berdasarkan data Dinas Perdagangan Gunungkidul, harga cabai merah keriting sekitar Rp 40 ribu per kilogram (kg). Cabai rawit merah masih menjadi yang termahal, yaitu sebesar Rp 95 ribu per kg.
Kepala Bidang Perdagangan (Disdag) Gunungkidul Hartini memastikan stok cabai di Gunungkidul aman, meski harga di tingkat pedagang cukup tinggi. "Pasokan cabai di Gunungkidul sampai saat ini masih aman," kata Hartini.