REPUBLIKA.CO.ID, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengunjungi Arab Saudi pada 15 Juli ini. Ia disambut Putra Mahkota Saudi Muhammad bin Salman (MBS) di istananya di Jeddah. Kunjungan Biden ke Saudi merupakan babak baru dalam hubungan kedua negara setelah memburuk sejak pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi pada 2018.
Berikut tarik ulur hubungan AS-Saudi sejak 2011
2011:
Arab Saudi prihatin dengan sikap abai AS terhadap penggulingan sekutu mereka di Mesir, Presiden Husni Mubarak.
2013
Kerajaan komplain dengan pendekatan AS terhadap isu Iran dan Suriah.
2013
Negara berpengaruh membuat kesepakatan dengan Iran terkait program nuklir. Arab Saudi khawatir persetujuan itu akan memperkuat Iran.
2016
Kongres abaikan veto Presiden Obama atas kekebalan imunitas di luar negeri. Keputusan ini membuka jalan bagi keluarga korban serangan WTC untuk menggugat Arab Saudi.
2018
Arab Saudi menyambut baik keputusan Presiden AS Donald Trump untuk tarik diri dari kesepakatan dengan Iran.
2019
Anggota Dewan AS meningkatkan upaya untuk memblokir penjualan senjata ke Arab Saudi menyusul kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi dan perang di Yaman.
2021
Presiden AS Biden mengambil garis lebih keras atas catatan hak asasi manusia di Arab Saudi. Biden berjanji akan membuat Riyadh sebagai 'pariah' dalam pembunuhan Khashoggi.
2022
Pada Juni, Biden mengatakan, Arab Saudi telah menunjukkan 'kepmimpinan yang berani' dalam mendukung gencatan senjata di Yaman. Gedung Putih juga menyambut baik keputusan OPEC yang akan meningkatkan suplai di tengah kenaikan harga.
2022
Pada Juli, Presiden AS Joe Biden mengunjungi Arab Saudi.