REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) RI, Noor Achmad mengatakan, melalui program Santripreneur, Baznas ingin ke depan para santri menjadi muzaki dan menguasai perekonomian dunia. Hal ini disampaikan Noor dalam kesempatan pembukaan pelatihan program Santripreneur secara daring pada Rabu (20/7/2022).
"Baznas mempunyai keinginan agar para santri menjadi muzaki, menguasai perekonomian di Indonesia bahkan dunia," kata Noor Achmad pada Rabu (20/7/2022).
Noor mengatakan, pesantren dapat dimanfaatkan menjadi jaringan yang lebih luas, terdapat 34 ribu pesantren yang ada di Indonesia, jumlah santrinya mencapai hampir lima juta. Di samping itu, massa santri menurut dia sebenarnya masih lebih banyak lagi, ada lulusan santri, jamaah dari para kyai dan lainnya. Noor mengatakan, hal ini merupakan kekuatan yang perlu dikembangkan.
"Santri adalah orang yang mandiri, berani berusaha dari nol, sekaligus mendasarkan usaha dengan kejujuran dan ini kekuatan tidak dipunyai yang lain. Namun tujuan utamanya santri menjadi seorang yang baik, seorang kyai, seorang ahli Alquran, ahli hadits, tidak menjadi pengusaha murni. Jadilah pengusaha, sekaligus kiyai," ucap Noor.
Pimpinan Baznas RI bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan Saidah Sakwan MA mengungkapkan, program Santripreneur merupakan bagian dari upaya Baznas untuk memberdayakan potensi dan social capital pesantren. Baznas fokus pada social capital karena berdasar pada 34.632 total jumlah pesantren, dan jumlah santrinya mencapai 4,7 juta.
"Bonus demografi pesantren menjadi social capital diberdayakan dan menjadi potensi umat islam di Indonesia, maka dari sebaran santri, ada lima provinsi yang menjadi basis sebaran pesantren, salah satunya ada di Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan NTB," kata Saidah.
Saidah mengatakan, Baznas ingin pesantren menjadi pusat pendayagunaan ekonomi dengan menyasar tiga pilar. Di antaranya yang pertama, Baznas ingin program Santripreneur bisa memperkuat lembaga pesantren, kedua pilar sosial dengan memperkuat lingkungan sekitar, dan ketiga membangun kemandirian para santri.
"Semoga ikhtiar ini diberikan kelancaran oleh Allah Subhanahu wa Taala dan semoga apa yang kita niatkan mendapat pertolongan dari Allah Subhanahu wa Taala," ucap Saidah.
Sebelumnya pada Juni lalu Baznas RI bersama Wakil Presiden RI, KH Maruf Amin menyerahkan bantuan Baznas Santripreneur kepada para santri yang berada di Bangka Belitung dan Jambi. Simbolisasi penyerahan bantuan diberikan Wakil Presiden RI, KH Maruf Amin, dan Ketua Baznas RI, Prof Dr KH Noor Achmad, MA, kepada para santri di Pondok Pesantren (Ponpes) Pondok Pesantren Hidayatussalikin, Pangkalpinang, Bangka Belitung. Bantuan diberikan kepada tiga orang santri dari tiga pondok pesantren berbeda. Para santri masing-masing akan mendapatkan bantuan Santripreneur senilai Rp 5 juta.
"Melalui program bantuan Baznas Santripreneur, Baznas ingin mendorong dan menggelorakan jiwa wirausaha para santri, demi bisa mengangkat perekonomian keluarga santri dan lingkungan sekitar. Karena saya yakin, para santri sudah disiapkan oleh masing-masing pondok pesantrennya agar menjadi manusia yang berguna bagi sekitar, dan memberi kebaikan di mana saja," kata Noor.
Bantuan Baznas Santripreneur juga disalurkan kepada para santri di daerah Jambi, yang simbolisasinya dilakukan kepada tiga orang santri di Pondok Pesantren Al-Jauharen, Pelayangan, Jambi. Sebanyak 10 orang santri nantinya akan menerima bantuan Santripreneur, dengan masing-masing mendapatkan Rp 5 juta.
Pada kunjungannya di dua daerah itu, Wapres Maruf turut memberikan bantuan Zmart sebesar Rp 5 juta kepada para pelaku UMKM. Hal ini untuk meningkatkan perekonomian masyarakat melalui modal usaha.
Dalam bantuan Santripreneur, para santri mendapatkan bantuan santripreneur yang bertujuan untuk membantu para santri dalam berwirausaha. Penerima manfaat ini merupakan lulusan pondok pesantren berusia 17 sampai 30 tahun yang aktif di bidang wirausaha.