Rabu 20 Jul 2022 14:41 WIB

Sejarah Panjang Islam Bersama Dunia Astronomi

Ilmu astronomi berkembang di masa keemasan Islam.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil
Astronomi Islam.
Foto: Chemheritage.org
Astronomi Islam.

REPUBLIKA.CO.ID,LONDON -- Baru-baru ini, NASA merilis sebuah gambar yang diambil oleh James Webb Space Telescope (JWST). Hasil tangkapan cahaya ini membuat seluruh penghuni Bumi terpesona.

Gambaran mengenai kosmos ditangkap dalam warna-warna cerah dan tidak seperti apa yang pernah terlihat sebelumnya. Sangat tidak masuk akal jika kenyataannya gambar-gambar tersebut merupakan sebuah galeri kuno, dengan beberapa berusia lebih dari 13 miliar tahun.

Baca Juga

Gambar Quintet Stephan memungkinkan manusia saat ini sekilas melihat bagaimana galaksi berinteraksi dan bergabung satu sama lain. Hampir tampak seolah-olah galaksi yang berkilauan terkunci dalam sebuah tarian indah.

Foto-foto ini berhasil dikirimkan berkat keajaiban teknologi, JWST, yang telah dibuat selama 30 tahun. Teknologi ini telah menghasilkan beberapa gambar paling tajam dari luar angkasa hingga saat ini.

Namun, jauh sebelum teknologi serupa menjadi tren, langit malam masih menangkap imajinasi kolektif yang ada. Langit selalu menjadi tempat yang menyimpan keindahan dan misteri, harapan dan kegelapan, yang menginspirasi seniman dan ilmuwan.

Tidaklah mengherankan bidang astronomi berasal dari milenium pertama SM, ilmu pengetahuan kuno melintasi perbatasan. Setiap budaya, dengan basis pengetahuan dan praktik keagamaannya yang khas, menambah pemahaman tentang Alam Semesta.

Dilansir di The News Arab, Rabu (20/7/2022), orang-orang Yunani termasuk yang pertama secara resmi mencatat temuan mereka, diikuti oleh para astronom Islam. Jika kita mencoba mengukur sejauh mana kontribusi yang Islam terhadap astronomi, hal itu tertulis di bintang-bintang secara harfiah.

Sekitar dua pertiga dari bintang, yang disebut dengan nama mereka sebagai lawan dari angka, memiliki nama Arab, seperti yang dicatat oleh astrofisikawan Neil deGrasse Tyson. Misalnya, Aldebaran berasal dari 'al dabaran' yang berarti pengikut, karena bintang ini berada dekat dengan gugus bintang Pleiades.

Lantas, mari terjun ke masa lalu melalui sejarah, kembali ke Zaman Keemasan Islam. Di momen itu, mulai bermunculan keinginan untuk mencari tahu lebih banyak tentang bintang-bintang dan astronom.

Zaman Keemasan Islam tersebar antara abad ke-8 hingga ke-14 Masehi. Itu adalah masa ketika ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya berkembang, karena dorongan yang diberikan untuk pengejaran ilmiah oleh Kekhalifahan Abbasiyah.

Astronomi bukanlah hal baru bagi Kekaisaran. Sejak dahulu kala, Muslim secara informal telah mempelajari bintang-bintang. Seseorang perlu memahami langit malam untuk menavigasi jalan melalui gurun, seseorang juga harus melihat ke langit untuk mengetahui arah ke Makkah dan waktu sholat yang tepat. Di bawah perlindungan Bani Abbasiyah, penyelidikan ilmiah didorong, dan bidang ini berkembang pesat.

Periode ini bertepatan dengan Abad Kegelapan di Eropa dan cendekiawan Muslim datang ke garis depan. Banyak dari nama mereka tetap terukir di langit dengan benda langit yang dinamai menurut nama mereka.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement