REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir bertekad terus menerapkan tata kelola BUMN yang efektif dan efesien melalui perampingan jumlah BUMN dari 108 BUMN menjadi 41 BUMN. Dalam cetak biru Kementerian BUMN, Erick menargetkan jumlah BUMN terus berkurang hingga tinggal 30 BUMN pada 2034.
"Kita sudah membuktikan, banyak (BUMN) bukan berarti sehat, justru dengan efisiensi, transparansi, tata kelola perusahaan yang baik, dan perbaikan model bisnis, Alhamdulillah transformasi yang dijalankan, hari ini sudah mendapatkan hasil yang baik," ujar Erick saat peluncuran holding BUMN Danareksa di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (20/7/2022).
Erick menyebut perbaikan kinerja BUMN dapat terlihat jelas dalam peningkatan kontribusi bagi negara yang mencapai Rp 1.198 triliun selama tiga tahun terakhir atau naik Rp 60 triliun pada saat masa krisis. Erick mengatakan kontribusi yang diberikan BUMN kepada negara berasal dari pajak, bagi hasil, hingga dividen. Pun dengan laba bersih secara konsolidasi yang melonjak hingga Rp 124 triliun pada 2021 dibandingkan 2020 yang hanya Rp 13 triliun.
"Ini pertama kali Kementerian BUMN punya konsolidasi keuangan BUMN secara menyeluruh yang selama ini tidak ada. Konsolidasi laba bersihnya yang tadinya Rp 13 triliun naik menjadi Rp 124 triliun, ini loncatan yang luar biasa karena kerja keras kita bersama-sama, bukan kerja individu," ucap Erick.
Erick mengatakan pencapaian apik juga ditorehkan BUMN dalam segi utang perusahaan terhadap modal yang diinvestasikan yang saat ini menurun dari 39 persen menjadi 35 persen. Erick menilai penurunan utang ini menjadi bukti bahwa transformasi BUMN telah berada pada jalur yang tepat.
"Artinya imej yang dibilang BUMN banyak utang salah, kalau kita di private sektor yang kebetulan dulu saya juga pengusaha, biasanya modal itu lebih kecil daripada utang, 30 berbanding 70, ini kebalik, jadi kita jangan terjebak persepsi, ini fakta dan data," kata Erick menambahkan.