REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI--Beragam cara dilakukan untuk mendorong literasi di masyarakat khususnya kegemaran membaca. Hal ini coba dioptimalkan Perpustakaan Nasional (Perpusnas) yang menggulirkan inovasi literasi di tengah keterbatasan yang ada.
Kondisi tersebut diapresiasi Anggota Komisi X DPR RI, Desy Ratnasari dan disampaikan dalam momen kegiatan Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat yang digelar di Universitas Nusa Putra, Kabupaten Sukabumi, pada Rabu (20/7/2022). '' Kinerja Kepala Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas), Muhammad Syarif Bando sangat inovatif,'' ujar Desy Ratnasari.
Di mana dengan anggaran Perpusnas yang disebutnya tidak besar, dapat dimanfaatkan dengan baik. Intinya walaupun anggaran Perpusnas kecil sekali, tapi inovasi yang dilakukan perpusnas sangat baik. Khususnya memaksimalkan anggaran yang dimiliki untuk bermanfaat maksimal. Sehingga hal ini dapat menjadi contoh.
Desy Ratnasari menyatakan melalui buku, didapat informasi dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Dengan membaca, tercipta individu yang hebat dan cerdas.
“ Contoh, ibu-ibu yang suka ngaji. Ada tujuan kan, awalnya untuk apa. Lama-lama suka dengerin, jadi ada manfaatnya untuk kehidupan. Lama-lama pengen ngaji terus,'' kata Desy. Hal ini sama dengan urusan dunia melalui perpustakaan misalnya bisa membantu anak-anak dalam mengerjakan tugas.
Menurut Desy, sumber daya manusia yang berdaya saing dan unggul, memiliki skill dan tidak terbatas oleh usia. Menurutnya, kemampuan inilah yang harus dimunculkan melalui perpustakaan.
Sehingga Desy mengajak masyarakat, khususnya di Kabupaten Sukabumi, menjadikan perpustakaan untuk mengakses informasi, memahami, dan memanfaatkannya, untuk melakukan hal yang berdampak kepada kehidupan.
Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando menjelaskan kondisi literasi di Indonesia terkendala oleh kurangnya buku. Disebutkan bahwa satu buku ditunggu oleh 90 orang. Sementara standar internasional, seharusnya ada tiga buku baru per orang setiap tahunnya.
Perguruan tinggi didorong agar turut andil dalam mengatasi kekurangan terbitan buku ini. Ia menambahkan, pengetahuan tidak hanya didapatkan di bangku kuliah dengan memenuhi satuan kredit semester (SKS).
Mahasiswa, tegas Syarif, harus mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya dari perpustakaan. Ia mendorong perguruan tinggi agar menghasilkan lulusan yang berliterasi tinggi yakni mampu menghasilkan barang dan jasa, menciptakan lapangan kerja.
“ Literasi adalah kedalaman pengetahuan seseorang terhadap suatu subjek tertentu yang bisa diimplementasikan dengan inovasi dan kreativitas,'' kata Syarif. Hal ini untuk memproduksi barang dan jasa yang berkualitas tinggi dan dapat dipakai untuk memenangkan persaingan global.
Wakil Bupati Sukabumi, Iyos Somantri mengatakan, literasi dan membaca memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, daerahnya membutuhkan tempat memenuhi kebutuhan masyarakat, terkait literasi dan melakukan kegiatan membaca.