REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Transisi ke energi baru dan terbarukan (EBT) membutuhkan kolaborasi semua pihak, termasuk anak muda. Hal ini ditekankan oleh para narasumber KTT Youth-20 (Y-20) di acara talk show bertajuk ‘Planet yang Berkelanjutan dan Layak Huni’ di Jakarta, Selasa (19/7).
Jelang finalisasi rekomendasi komunike, para delegasi Y-20 memantapkan pemahamannya tentang perubahan iklim dan transisi energi. Presiden COP26 Alok Sharma yang menjadi salah satu narasumber menekankan pentingnya peran
generasi muda dalam mendorong pemimpin dunia untuk memenuhi janjinya dalam mengatasi isu perubahan iklim.
"Sebagian besar pemangku kepentingan adalah anak muda, dan pada akhirnya juga masa depan akan berada di tangan pemuda. Maka itu, Anda harus bisa mendorong para pemimpin dunia untuk memenuhi komitmen mereka dalam COP26,” ujar Sharma kepada para delegasi muda Y-20 berdasarkan siaran resmi Y-20 Indonesia, Rabu (20/7/2022).
Anggota Komisi VII DPR Dyah Roro Esti menegaskan pentingnya kolaborasi dalam meningkatkan bauran EBT menjadi 23 persen pada 2025. Sebab, sampai 2021, bauran EBT di Indonesia baru 11,5 persen.
"Ini bukan hanya tugas anggota parlemen, tetapi juga para pebisnis, akademisi, sektor publik dan sektor swasta, termasuk juga anak-anak muda. Semua orang punya peran yang sangat penting untuk memastikan Indonesia bisa
mencapai transisi energi dengan cara yang terbaik," kata Roro.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid memandang, pemuda bisa membantu pencapaian kelestarian alam, salah satunya melalui berbagai usaha rintisan. Pemuda diharapkan menemukan cara menekan biaya dalam upaya transisi energi, termasuk peralihan penggunaan ke EBT.
Arsjad menegaskan, apapun bentuk upaya menuju ekonomi hijau, tidak bisa dilakukan tanpa modal. “Jadi bagaimana menekan biaya itu yang harus ditemukan. Harapannya, startup dan pengusaha pemula bisa mengintervensi hal tersebut, bagaimana cara memecahkan masalah ini (biaya),” tegas dia.
World Bank Managing Director Mari Elka Pangestu juga mendorong peran pemuda untuk memanfaatkan berbagai sektor perekonomian hijau dan menangkap permintaan atas transisi menuju EBT. Hal ini termasuk mendorong pemuda untuk dapat berkontribusi mencapai dekarbonisasi dan merencanakan investasi modal yang terintegrasi di sektor perekonomian.
“Jadi, banyak sekali peluang dan kesempatan. Namun yang diperlukan merupakan political will dan dukungan dari semua pihak dari sektor finansial dan bank-bank multilateral. Pemuda pula yang harus memastikan Indonesia tetap berada di jalur tepat ini. Sebab, Indonesia punya peluang untuk mencapai pembangunan yang tangguh dan inklusif," kata Mari Elka.