Kamis 21 Jul 2022 09:06 WIB

Rusia Tutup Sementara Pintu Negosiasi dengan Ukraina

Kontak antara Rusia dan Ukraina sebagian besar telah terhenti sejak pertengahan April

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
 Tim penyelamat bekerja di lokasi sebuah bangunan yang rusak akibat serangan rudal Rusia yang mematikan di Vinnytsia, Ukraina, Kamis, 14 Juli 2022. Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan, tak logis bagi negaranya untuk mengadakan pembicaraan damai dengan Ukraina dalam situasi seperti sekarang.
Foto: AP/Efrem Lukatsky
Tim penyelamat bekerja di lokasi sebuah bangunan yang rusak akibat serangan rudal Rusia yang mematikan di Vinnytsia, Ukraina, Kamis, 14 Juli 2022. Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan, tak logis bagi negaranya untuk mengadakan pembicaraan damai dengan Ukraina dalam situasi seperti sekarang.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan, tak logis bagi negaranya mengadakan pembicaraan damai dengan Ukraina dalam situasi seperti sekarang. Menurut dia, hingga saat ini Kiev belum menunjukkan iktikad untuk melakukan pembicaraan.

“Tidak masuk akal dalam situasi saat ini,” kata Lavrov saat ditanya jurnalis dari media Pemerintah Rusia tentang pembicaraan damai dengan Ukraina, Rabu (20/7/2022).

Baca Juga

Lavrov mengungkapkan, kontak antara Rusia dan Ukraina sebagian besar telah terhenti sejak pertengahan April lalu. Menurut dia, sedari putaran pertama pembicaraan dengan Ukraina, Kiev tidak memiliki keinginan membahas apa pun secara sungguh-sungguh.

“Mereka tidak akan pernah bisa mengartikulasikan apa pun yang pantas mendapat perhatian serius dari orang-orang yang serius. Kami sudah mengetahuinya,” ujar Lavrov.

Rusia melancarkan serangan ke Ukraina pada 24 Februari lalu. Saat ini, Moskow sudah menguasai sebagian wilayah di timur Ukraina, salah satunya Luhansk. Rusia pun tengah berusaha mengambil alih kontrol atas Donetsk.

Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev mengungkapkan, tujuan operasi militer negaranya di Ukraina akan berhasil. Saat momen itu tiba, Moskow bakal menetapkan syarat untuk kesepakatan damai. “Rusia akan mencapai semua tujuannya. Akan ada perdamaian, dengan syarat kami,” kata Medvedev dalam sebuah unggahan di saluran Telegram, Selasa (19/7/2022).

Mantan presiden Rusia itu tak mengungkap detail tentang persyaratan apa yang kemungkinan diajukan Moskow. Sebelumnya Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan, sanksi Uni Eropa terhadap Rusia tidak akan dicabut jika Moskow mengajukan syarat kepada Ukraina dalam proses negosiasi damai.

“Bagian dari kenyataan baru adalah bahwa Uni Eropa juga telah berkonsolidasi. Ia telah bereaksi terhadap agresi Rusia dengan suara bulat dan memberlakukan sanksi keras yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Scholz, dilaporkan kantor berita Rusia, TASS, Senin (18/7/2022).

Menurut Scholz, Uni Eropa sudah menyadari, sanksi terhadap Rusia berpotensi harus dipertahankan dalam waktu lama. “Jelas bahwa tidak satu pun dari sanksi ini akan ditarik jika perdamaian didikte oleh Rusia. Tidak ada jalan lain bagi Rusia untuk mencapai kesepakatan dengan Ukraina selain yang dapat diterima Ukraina,” ucapnya.

Ia menegaskan, Uni Eropa akan terus mendukung dan menyokong Ukraina dengan bantuan ekonomi, kemanusiaan, keuangan, dan senjata. “Pada saat yang sama, kami menjamin bahwa NATO tidak akan menjadi bagian dari perang,” ujar Scholz.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement