Kamis 21 Jul 2022 09:54 WIB

Rusia akan Berhenti Pasok Minyak ke Pasar Dunia Jika Ada Pembatasan Harga

Putin mengatakan, harga minyak akan meroket jika pembatasan diberlakukan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Rusia tidak akan memasok minyak ke pasar dunia jika ada pembatasan harga.
Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat
Rusia tidak akan memasok minyak ke pasar dunia jika ada pembatasan harga.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia tidak akan memasok minyak ke pasar dunia jika ada pembatasan harga. Kantor berita Interfax yang mengutip Wakil Perdana Menteri Alexander Novak mengatakan, jika pembatasan harga lebih rendah dari biaya produksi minyak, maka Rusia akan berhenti memasok minyak.

"Jika harga yang mereka bicarakan ini lebih rendah dari biaya produksi minyak, maka tentu saja Rusia tidak akan menjamin pasokan minyak ini ke pasar dunia. Ini berarti kami tidak akan bekerja dengan kerugian," kata Novak.

Baca Juga

Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS), Janet Yellen, mendorong pembatasan untuk menurunkan harga minyak. Pembatasan itu bertujuan untuk mempersulit Moskow dalam mendanai perangnya di Ukraina.

Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, harga minyak akan meroket jika pembatasan diberlakukan.

Brasil, China, India, dan beberapa negara Afrika dan Timur Tengah telah meningkatkan impor energi dari Rusia, yang dijual dengan diskon besar-besaran.

Sementara itu, Uni Eropa pada Rabu (20/7/2022) mengatakan kepada negara-negara angota untuk memotong penggunaan gas sebesar 15 persen hingga Maret. Ini sebagai langkah darurat setelah Presiden Putin memperingatkan bahwa, pasokan gas Rusia yang dikirim melalui pipa terbesar ke Eropa dapat dikurangi lebih lanjut dan mungkin berhenti.

Pengiriman gas melalui Nord Stream 1 menyumbang lebih dari sepertiga ekspor gas Rusia ke Uni Eropa. Pengiriman ini akan dilanjutkan pada Kamis (21/7/2022) setelah berhenti selama 10 hari untuk pemeliharaan tahunan.  Operator jaringan gas Jerman, Gascade, memperkirakan, aliran gas akan dilanjutkan pada tingkat pra-pemeliharaan berdasarkan permintaan gas saat ini. Pada tanggal 10 Juli, yaitu hari terakhir sebelum pemeliharaan pipa dimulai, arus gas mencapai sekitar 698 GWh.

Komisi Eropa mengusulkan target sukarela bagi semua negara Uni Eropa untuk memangkas penggunaan gas sebesar 15 persen dari Agustus hingga Maret. Presiden Komisi Uni Eropa, Ursula von der Leyen mengatakan, Rusia menggunakan sektor energi sebagai senjata. 

“Rusia memeras kami. Rusia menggunakan energi sebagai senjata. Dan oleh karena itu, pemutusan sebagian besar gas Rusia atau pemutusan total gas Rusia, Eropa harus siap,” ujar von der Leyen.

Pasokan gas melalui Nord Stream 1 telah berkurang bahkan sebelum berhenti untuk pemeliharaan. Pengurangan aliran gas ini merupakan dampak dari sanksi Barat terhadap Rusia yang melakukan invasi ke Ukraina. Sementara aliran gas melalui rute lain, seperti Ukraina, juga telah turun sejak invasi Rusia.

Berkurangnya pasokan gas telah menghambat upaya Eropa untuk mengisi ulang penyimpanan gas sebelum musim dingin. Hal ini dapat meningkatkan risiko penjatahan dan memukul pertumbuhan ekonomi, jika Moskow membatasi aliran gas sebagai pembalasan atas sanksi Barat. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement