Kamis 21 Jul 2022 15:01 WIB

Kasus Stunting, Kematian Ibu dan Anak Masih Tinggi

Kasus stunting di Indonesia masih tinggi di atas 20 persen.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Friska Yolandha
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, membagikan Tablet Tambah Darah (TTD) dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dalam rangka pencegahan stunting, kematian ibu, dan kematian anak di SMKN 1 Cibinong, Kabupaten Bogor, Kamis (21/7).
Foto: Republika/Shabrina Zakaria
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, membagikan Tablet Tambah Darah (TTD) dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dalam rangka pencegahan stunting, kematian ibu, dan kematian anak di SMKN 1 Cibinong, Kabupaten Bogor, Kamis (21/7).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Selain vaksinasi dan pandemi Covid-19, Kementerian Kesehatan juga mendapat tugas untuk mengatasi masalah kesehatan dalam ranah stunting, kematian ibu, dan kematian anak. Sebab, kasus stunting, kematian ibu, dan kematian anak masih tinggi.

Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, memaparkan kasus stunting di Indonesia masih tinggi di atas 20 persen. Sementara itu, kasus kematian ibu berada di angka 7.800 kasus per tahun dan kematian anak 25 ribu per tahun. Menurut Budi, kasus tersebut merupakan angka yang ingin diturunkan.

Baca Juga

“Yang pertama, banyak masalah hipertensi ibu meninggal. Jadi harus rajin, banyak olahraga. Yang kedua, kematian ibu, kematian anak sama stunting itu disebabkan karena kurang gizi makanya mesti makan yang cukup,” ujarnya ketika ditemui di SMKN 1 Cibinong, Kabupaten Bogor, Kamis (21/7/2022).

Lebih lanjut, Budi menyebutkan, kematian ibu dan anak juga disebabkan oleh anemia dan kurang darah. Sehingga disarankan untuk mengkonsumsi tablet tambah darah (TTD).

Tiga program ini, kata dia, harus dijalankan dengan olahraga cukup supaya hipertensi turun. Terutama para remaja agar makan yang bergizi, sekaligus TTD supaya tidak kekurangan darah. 

“Bagaimana menjalankan ini ke 5 juta ibu-ibu yang hamil setiap tahun atau 12 juta remaja yang nanti akan masuk masa subur? Itu nggak mungkin kita lakukan sendiri,” tuturnya.

Budi menjelaskan, pihaknya harus melakukan model gerakan agar siswi-siswi atau remaja putri mengerti terkait menjaga kesehatan. Itu sebabnya Kementerian Kesehatan membuat program Aksi Bergizi, dengan membagikan TTD dan PMT kepada siswi putri.

Terkait remaja putri, Budi menyebutkan ada target 12 juta remaja putri yang cukup gizi, tidak anemia, dan cukup zat besi. Tahun ini pihaknya masih mengejar target agar angka remaja yang sehat berada di angka 12 juta orang.

“Jadi daerah sini saja (Bogor) masih 13-14 persen yang anemia. Karena yang anemia itu bisa stunting, kematian ibu dan kematian anak. Nah itu yang mesti kita naikin. Artinya kecukupannya mesti naik, kita harus nurunin dari 13 persen kalau bisa ke 10 persen, ke 5 persen,” paparnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement