REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Pengurus Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK), Setyanto P Santosa menyampaikan penjelasan tentang upaya mereka memilih penceramah, khatib dan imam yang berkualitas. Dia sepakat bahwa dalam menghadirkan khatib atau penceramah berkualitas, juga diperlukan takmir yang berkualitas.
"Di MASK, secara struktur organisasi, terdiri dari Dewan Pengurus, Dewan Pembina, dan Dewan Pakar. Tiga dewan ini saling bahu-membahu dalam membangun ekosistem di masjid. Pengurus harian masjid adalah Dewan Pengurus, yang di bawahnya terdapat satu bidang khusus yaitu bidang dakwah dan peribadatan," jelasnya kepada Republika.co.id, Kamis (21/7/2022).
Bidang dakwah dan peribadatan MASK berperan menentukan siapa yang menjadi penceramah, khatib, imam dan sebagainya. Dalam menyeleksi penceramah dan khatib, bidang tersebut bekerja sama dengan dewan pakar yang terdiri dari para ulama di Indonesia.
"Ada beberapa ulama yang dipilih oleh pengurus MASK sebagai penasihat atau dewan pakar dalam urusan syariat. Jadi dalam mengkualifikasi, kepala bidang dakwah dan peribadatan Dewan Pengurus MASK bekerja sama dan berkoordinasi dengan Dewan Pakar dalam menentukan," papar Setyanto.
Dia melanjutkan, tema yang disampaikan dan penceramah berasal dari unsur masyarakat. Misalnya dari organisasi kemasyarakatan, lembaga pendidikan dan lainnya. Sedangkan dalam menentukan kualitas penceramah, jajaran pengurus MASK melihat latar belakang pendidikan, latar belakang dakwah dan latar belakang pengalaman.
"Ini menjadi bahan yang kami diskusikan dan rumuskan. Dan siapa penceramahnya dan khatibnya, itu sudah diputuskan satu tahun dari sebelumnya. Jadi untuk 2023 kami menentukan sejak 2022," jelasnya.
Setyanto juga mendukung adanya kegiatan peningkatan kualitas takmir masjid dalam memilih khatib, penceramah atau imam di setiap masjid di Indonesia. Dengan tetap melihat tipologi masjid, kegiatan yang sifatnya pelatihan atau advokasi itu bisa meningkatkan kualitas takmir di seluruh Indonesia. Dia mengingatkan, harus ada big data di mana masjid dengan kualitas takmir yang sudah baik dan masih minim, sehingga bisa dilakukan pemetaan.
"Dan masjid besar juga bertugas meningkatkan masjid-masjid sekitarnya. Diperlukan program pelatihan atau advokasi dengan merangkul masjid-masjid yang sudah memiliki kualitas takmir yang baik," kata dia.
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kementerian Agama, Kamaruddin Amin sebelumnya mengingatkan, masjid memiliki potensi yang besar untuk dipenetrasi oleh paham-paham keagamaan yang tidak moderat atau ekstrem di era digital sekarang ini. Dalam konteks ini, takmir masjid mengemban peran yang strategis.
"Kita telah melakukan survei, dan ada sejumlah penelitian yang dilakukan berbagai pihak, teutama terhadap takmir-takmir masjid kita. Takmir masjid adalah di antara yang paling sentral dalam sebuah ekosistem masjid," tutur dia.