Jumat 22 Jul 2022 09:05 WIB

Rusia, Ukraina, dan Barat Disarankan Berunding untuk Hindari Perang Nuklir

Lukashenko tuding Barat mencari konflik dengan Rusia dan memprovokasi perang Ukraina.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Presiden Belarus Alexander Lukashenko.
Foto: AP Photo/Markus Schreiber
Presiden Belarus Alexander Lukashenko.

REPUBLIKA.CO.ID, MINSK -- Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mengatakan, Rusia, Ukraina, dan Barat harus mempunyai kesepakatan bersama untuk menghentikan konflik di Ukraina. Menurutnya, hal itu diperlukan guna menghindari perang nuklir.

“Kita harus berhenti, mencapai kesepakatan, mengakhiri kekacauan ini; operasi dan perang di Ukraina. Mari kita berhenti dan kemudian kita akan mencari cara untuk melanjutkan hidup. Tidak perlu melangkah lebih jauh. Selanjutnya terletak jurang perang nuklir. Tidak perlu pergi ke sana,” kata Lukashenko dalam wawancara dengan AFP di Minsk, dilaporkan laman The Moscow Times, Kamis (21/7/2022).

Baca Juga

Sebagai sekutu dekat Presiden Vladimir Putin, Lukashenko menuding Barat mencari konflik dengan Rusia dan memprovokasi perang di Ukraina. “Jika Rusia tidak mendahului kalian, anggota-anggota NATO, kalian akan mengorganisir dan menyerangnya (Rusia),” ucapnya.

Tokoh berusia 67 tahun yang telah memerintah Belarusia selama hampir tiga dekade itu berpendapat, Ukraina dapat mengakhiri perang jika mereka memulai kembali pembicaraan dengan Rusia dan menerima tuntutannya. “Semuanya tergantung pada Ukraina. Keanehan saat ini adalah bahwa perang ini dapat diakhiri dengan persyaratan yang lebih dapat diterima untuk Ukraina,” ujar Lukashenko.

Ia mendesak Kiev untuk bersedia duduk di meja perundingan dan setuju tidak akan pernah mengancam Rusia. Untuk wilayah di timur dan selatan Ukraina yang sudah dikuasai Rusia, Lukashenko menilai, Kiev harus merelakannya. “Ini tidak lagi dibahas. Seseorang bisa mendiskusikan ini pada Februari atau Maret (lalu),” ucapnya.

Sebelumnya Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan, tak logis bagi negaranya untuk mengadakan pembicaraan damai dengan Ukraina dalam situasi seperti sekarang. Menurut dia, hingga saat ini Kiev belum menunjukkan iktikad untuk melakukan pembicaraan. “Tidak masuk akal dalam situasi saat ini,” kata Lavrov saat ditanya jurnalis dari media pemerintah Rusia tentang pembicaraan damai dengan Ukraina, Rabu (20/7/2022).

Lavrov mengungkapkan, kontak antara Rusia dan Ukraina sebagian besar telah terhenti sejak pertengahan April lalu. Menurut dia, sedari putaran pertama pembicaraan dengan Ukraina, Kiev tidak memiliki keinginan untuk membahas apa pun secara sungguh-sungguh. “Mereka tidak akan pernah bisa mengartikulasikan apa pun yang pantas mendapat perhatian serius dari orang-orang yang serius. Kami sudah mengetahuinya,” ujar Lavrov.

Rusia melancarkan serangan ke Ukraina pada 24 Februari lalu. Saat ini, Moskow sudah menguasai sebagian wilayah di timur Ukraina, salah satunya Luhansk. Rusia pun tengah berusaha mengambil alih kontrol atas Donetsk.

Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev mengungkapkan, tujuan operasi militer negaranya di Ukraina akan berhasil. Saat momen itu tiba, Moskow bakal menetapkan syarat untuk kesepakatan damai. “Rusia akan mencapai semua tujuannya. Akan ada perdamaian, dengan syarat kami,” kata Medvedev dalam sebuah unggahan di saluran Telegram, Selasa (19/7/2022).

Mantan presiden Rusia itu tak mengungkap detail tentang persyaratan apa yang kemungkinan diajukan Moskow.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement