Jumat 22 Jul 2022 17:21 WIB

Suku Bunga Acuan Direspons Positif, IHSG Berakhir di Zona Hijau 

Pada penutupan perdagangan akhir pekan IHSG kembali mengalami penguatan sebesar 0,33

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Kebijakan Bank Indonesia (BI) untuk tidak menaikkan suku bunga acuan disebut berdampak minim terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Saat ini, pasar cenderung merespons positif keputusan tersebut. Saat BI mengumumkan tetap mempertahankan suku bunga acuan pada level 3,5 persen, IHSG sempat terkoreksi tipis pada perdagangan Kamis (21/7). Namun pada penutupan perdagangan akhir pekan ini, Jumat (22/7), IHSG kembali mengalami penguatan sebesar 0,33 persen.
Foto: Prayogi/Republika.
Kebijakan Bank Indonesia (BI) untuk tidak menaikkan suku bunga acuan disebut berdampak minim terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Saat ini, pasar cenderung merespons positif keputusan tersebut. Saat BI mengumumkan tetap mempertahankan suku bunga acuan pada level 3,5 persen, IHSG sempat terkoreksi tipis pada perdagangan Kamis (21/7). Namun pada penutupan perdagangan akhir pekan ini, Jumat (22/7), IHSG kembali mengalami penguatan sebesar 0,33 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebijakan Bank Indonesia (BI) untuk tidak menaikkan suku bunga acuan disebut berdampak minim terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Saat ini, pasar cenderung merespons positif keputusan tersebut.

Saat BI mengumumkan tetap mempertahankan suku bunga acuan pada level 3,5 persen, IHSG sempat terkoreksi tipis pada perdagangan Kamis (21/7). Namun pada penutupan perdagangan akhir pekan ini, Jumat (22/7), IHSG kembali mengalami penguatan sebesar 0,33 persen.

"Keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan tersebut mengindikasikan confidence BI terhadap angka inflasi dan nilai tukar Rupiah saat ini," kata Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan, Jumat (22/7). 

Meskipun tingkat inflasi mencapai level 4,35 persen year-on-year (yoy) pada Juni 2022, inflasi inti relatif rendah yaitu di level 2,63 persen yoy di Juni 2022. Upaya pemerintah untuk menstabilkan harga diharapkan dapat meredam laju inflasi Indeks Harga konsumen IHK yang saat ini jauh di atas inflasi inti.

Selain itu, lanjut Valdy, nilai tukar rupiah masih cukup stabil dan dapat bertahan di kisaran Rp 15.000 per dolar AS. Meski terjadi turun dari Rp 14.700, menurut Valdy, nilai tukar rupiah relatif tidak terjadi pelemahan signifikan.

Di samping itu, BI masih memiliki instumen lain yaitu Giro Wajib Minimum (GWM) yang dijadwalkan kembali naik pada 1 September 2022. Kebijakan ini untuk memitigasi risiko inflasi dan memulai normalisasi moneter.

"Oleh sebab itu, dampak ke IHSG relatif tidak terlalu signifikan," jelas Valdy.

Valdy melihat potensi fluktuasi jangka pendek akan terjadi pada saham-saham yang sensitif pada nilai tukar dan suku bunga, terutama bank. Namun hal tersebut diperkirakan bersifat temporal.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement