REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Analis Makroekonomi Bank Danamon Irman Faiz menilai nilai tukar rupiah yang mulai fluktuatif di atas Rp 15.000 per dolar AS tidak akan berdampak terhadap investasi pada sektor riil.
"Kalau terhadap investasi langsung di sektor riil itu, nilai tukar tidak menjadi faktor," ujar Irman, Jumat (22/7/2022).
Irman mengatakan pasar sektor riil siap menghadapi gejolak tersebut karena sudah memprediksi pergerakan rupiah akan mencapai kisaran ini. Menurut dia, meski pergerakannya di atas Rp 15.000 per dolar AS, namun secara volatilitas pelemahannya perlahan.
"Jadi kalau perlahan itu sudah diekspektasikan. Beda saat (tahun) 1998 rupiah depresifnya cepat dan volatilitasnya tinggi jadi tidak expect," ujar Irman.
Selain itu, Irman mengatakan pemulihan ekonomi yang terus berlangsung juga membuat dampak ke sektor ini tidak besar. Pemulihan ini, lanjut dia, terjaga oleh stabilitas daya beli masyarakat dan adanya windfall dari harga komoditas di tingkat global.
"Pemulihan ekonomi terus berlangsung jadi dampak pelemahan rupiah tidak terlalu besar ke investasi langsung," ujar Irman.
Namun, ia tidak memungkiri kenaikan nilai tukar rupiah akan cukup berdampak terhadap investasi di pasar keuangan. Ia menilai investor di pasar ini akan meminta hasil yang lebih tinggi untuk mengkompensasi nilai aset mereka yang turun.
"Di sektor keuangan dampaknya lebih besar daripada di investasi langsung," ujar Irman.
Sebelumnya, nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore (21/7) sempat melemah menembus level psikologis Rp15.000, atau mencapai Rp15.037 per dolar AS, seiring ditahannya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).
Kurs sempat menguat pada Jumat sore, seiring turunnya ekspektasi kenaikan suku bunga yang agresif oleh The Fed setelah ditutup menguat 23 poin atau 0,15 persen ke posisi Rp 15.014 per dolar AS.