REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Rusia dan Ukraina menandatangani kesepakatan penting pada Jumat (22/7/2022) untuk membuka blokir ekspor biji-bijian dari pelabuhan Laut Hitam. Kesepakatan ini dapat meredakan krisis pangan internasional.
Perwakilan Rusia dan Ukraina menolak untuk duduk di meja yang sama dan menghindari berjabat tangan pada upacara kesepakatan ekspor gandum di Istanbul. Melalui kesepakatan tersebut, maka gandum senilai sekitar 10 miliar dolar AS akan tersedia untuk dijual. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan, sekitar 20 juta ton panen gandum tahun lalu sekarang dapat diekspor.
Pejabat senior PBB, mengatakan, kesepakatan itu diharapkan akan beroperasi penuh dalam beberapa pekan mendatang. Kesepakatan tersebut akan memulihkan pengiriman biji-bijian dari tiga pelabuhan yang dibuka kembali ke tingkat sebelum perang yaitu sebesar 5 juta ton per bulan.
Pilot Ukraina akan memandu kapal di sepanjang saluran aman di perairan teritorialnya. Sementara Pusat Koordinasi Gabungan yang berbasis di Istanbul akan memantau kapal-kapal yang akan transit di Laut Hitam ke selat Bosphorus Turki, dan melanjutkan perjalanan ke pasar dunia.
"Hari ini, ada suar di Laut Hitam. Suar harapan, kemungkinan, dan kelegaan di dunia yang lebih membutuhkannya dari sebelumnya," kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
Kesepakatan untuk membuka blokade ekspor diharapkan dapat mencegah kelaparan di negara-negara miskin. Kesepakatan itu juga diharapkan dapat menyuntikkan lebih banyak pasokan gandum, minyak bunga matahari, pupuk dan produk lainnya ke pasar dunia termasuk untuk kebutuhan kemanusiaan.
Blokade pelabuhan Ukraina oleh armada Laut Hitam Rusia, menyebabkan ekspor puluhan juta ton biji-bijian tertahan. Blokade ini memperburuk kemacetan rantai pasokan global, serta memicu inflasi harga pangan dan energi.
Moskow telah membantah bertanggung jawab atas krisis pangan tersebut. Mereka justru menyalahkan sanksi Barst karena memperlambat ekspor makanan dan pupuknya. Moskow juga menyalahkan Ukraina karena memasang ranjau di sekitar pelabuhan Laut Hitam.
Seorang pejabat AS mengatakan, kesepakatan membuka blokade di Laut Hitam akan memperlancar ekspor Rusia tersebut. Sementara PBB menyambut baik klarifikasi AS dan Uni Eropa bahwa sanksi mereka tidak akan berlaku untuk pengiriman pangan. Namun Barat khawatir bahwa, pembukaan kembali jalur pelayaran dapat membuat Ukraina terbuka untuk diserang.
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan, Moskow tidak akan berusaha mengambil keuntungan dari pembersihan ranjau di pelabuhan Ukraina. Sementara Menteri Infrastruktur Ukraina Oleksandr Kubrakov mengatakan, Kiev tidak melihat risiko kapal Rusia menyerang melalui pelabuhan karena mereka akan rentan terhadap serangan rudal Ukraina.
“Rusia telah mengambil kewajiban yang dijabarkan dengan jelas dalam dokumen ini. Kami tidak akan mengambil keuntungan dari fakta bahwa pelabuhan akan dibersihkan (dari ranjau) dan dibuka,” kata Shoigu di saluran televisi pemerintah, Rossiya-24, dilansir dari Reuters, Sabtu (23/7/2022).