REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ajang fashion jalanan dengan label Citayam Fashion Week yang dicetus anak muda dari daerah-daerah penyangga DKI Jakarta kembali menjadi sorotan. Kali ini bukan karena busana-busana nyentrik yang kerap digunakan peserta Citayam Fashion Week, melainkan dianggap karena aktivitas tersebut dinilai mengganggu ketertiban umum.
Kepolisian sudah meminta agar peserta dan pengunjung Citayam Fashion Week tidak berkerumun di atas jam 22.00 WIB. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya tindak kejahatan yang menyasar para remaja di kawasan Dukuh Atas. Apalagi banyak di antara mereka yang terlibat langsung masih di bawah umur.
Kebijakan tersebut ditanggapi beragam oleh pelaku dan pengunjung peserta Citayam Fashion Week. Salah satunya adalah Minho (21 tahun), peserta yang kerap meragakan busana di kawasan yang sedang viral di berbagai platform media sosial. Ia mengakui jika zebra cross di Dukuh Atas itu bukan untuk catwalk. Namun sebenarnya, kata dia, kegiatan fashion jalanan itu bisa berjalan dengan tertib dan tidak mengganggu ketertiban umum.
“Awal-awal sebelum seramai ini mereka tuh bisa tertib, ada jalurnya. Di trotoar itu tempatnya penonton, peserta runway-nya juga masih di trotoar dan kita bagi waktu. Kita jalan baru mobil lewat, jadi kita benar-benar saling tektokan gitu, nggak ada yang mengganggu. Cuma sekarang karena emang terlalu banyak booming banget, ungkap Minho, saat ditemui di kawasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat, Jumat (22/7/2022).
Kemudian terkait aturan untuk tidak berkerumun di atas jam 22.00 WIB, Minho menghormati kebijakan tersebut. Karena bagaimanapun juga selama ini, menurutnya, pihak kepolisian dan juga Satpol PP telah banyak membantu kegiatan Citayam Fashion Week tersebut. Karena itu, ia juga meminta agar para pengunjung bisa tertib dan bisa saling kerja sama.
“Harapannya ke depan tolong tetap support masyarakat yang ingin tetap berkarya, bagi masyarakat yang ingin menonton tolong lebih tertib lagi. Pesertanya juga tertib lagi, karena dari awal kita di sini tertib, ke depannya pasti lebih maju tolong saling kerjasamanya,” harapnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Ikhsan (25) peserta peragaan busana di Citayam Fashion Week. Pria asal Solo itu tidak keberatan aturan jam malam berlaku. Bahkan masyarakat, baik itu peserta maupun sekedar menonton wajib mentaati aturan pemerintah. Dengan harapan pemerintah juga melihat Citayam Fashion Week sebagai sesuatu yang bernilai.
“Sebenarnya sih menurut saya harus mengikuti aturan pemerintah. Soalnya kan di sini padat banget lalu lintasnya, aturan itu (dilarang berkerumum di atas pukul 22.00 WIB) juga untuk kebaikan bersama,” kata Ikhsan.
Sementara itu Ria Suwarih (18) merasa keberatan dengan aturan pembatasan Citayam Fashion Week hanya sampai pukul 22.00 WIB. Karena dia baru selesai bekerja sekitar pukul 20.00 WIB. Artinya dia hanya memiliki waktu dua jam untuk mengikuti kegiatan fashion jalanan.
“Kita bukan anak orang kaya yang punya waktu, kita kan kudu kerja dulu baru bisa ke sini. Pokoknya nggak setuju, kita kan bukan penjahat,” keluh wanita asal Depok itu.
Dari pantaun Republika, ratusan orang dari berbagai latar belakang dan tingkat usia memadati kawasan Dukuh Atas, tidak jauh dari Terowongan Kendal dan stasiun KRL Sudirman, Jakarta Pusat. Mereka berbondong-bondong menyaksikan ajang fashion jalanan dengan label Citayam Fashion Week tersebut.