REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak pertama kali terdeteksi di India, beberapa ahli virologi menunjukkan kekhawatiran mereka mengenai varian BA.2.75 atau Centaurus. Kekhawatiran ini dipicu oleh tiga karakteristik yang dimiliki oleh varian tersebut.
Dilansir dari independent.co.uk, Sabtu (23/7/2022), varian Centaurus pertama kali terdeteksi di India pada Mei lalu. Sejak kemunculannya, "saudara" dari varian Omicron ini menyebar dengan sangat cepat di negara tersebut.
Hingga saat ini, varian Centaurus telah terdeteksi pada sekitar 10 negara di dunia. Sebagian di antaranya adalah Inggris, Amerika Serikat, Australia, Kanada, dan Jerman.
Penyebaran varian Centaurus yang cepat inilah yang memicu kekhawatiran para ahli virologi. Banyak ahli virologi meyakini bahwa varian ini menyebar lebih cepat dibandingkan varian Omicron.
Belum diketahui apakah varian Centaurus ini dapat memicu sakit yang lebih berat dibandingkan varian Omicron lainnya. Akan tetapi, sejumlah peneliti mengungkapkan bahwa varian Centaurus mungkin memiliki kemampuan untuk menghindari imunitas yang terbentuk dari vaksin atau infeksi alami.
Pada 7 Juli kemarin, European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC) mengelompokkan varian Centaurus atau BA.2.75 sebagai variant under monitoring. Ini menunjukkan adanya indikasi bahwa varian Centaurus memiliki kemampuan penularan yang lebih baik.
Hal lain yang membuat varian Centaurus mengkhawatirkan adalah banyaknya mutasi yang dimiliki oleh varian tersebut. Bila dibandingkan dengan Omicron, varian Centaurus memiliki mutasi yang jauh lebih banyak.
Sebagian dari mutasi tersebut terdapat pada area yang berkaitan dengan spike protein. Director of clinical virology di Mayo Clinic, Matthew Binnicker, mengungkapkan bahwa mutasi tersebut berpotensi mempermudah virus SARS-CoV-2 untuk mengikatkan diri pada sel-sel tubuh.
Kekhawatiran lain dipicu oleh perubahan genetik pada varian Centaurus. Perubahan genetik ini berpotensi mempermudah virus untuk melewati antibodi di dalam tubuh. Antibodi merupakan protein protektif yang dibangun oleh vaksin atau infeksi alami.
Vaksin dan Booster Masih Efektif
Terlepas dari beragam kekhawatiran ini, para ahli mengungkapkan bahwa vaksin dan booster masih memberikan perlindungan yang efektif dalam mencegah sakit berat akibat Covid-19. Di sisi lain, masyarakat saat ini perlu menyadari bahwa semua orang kini hidup dengan risiko yang lebih tinggi dari biasanya.
"Kita akan bisa kembali ke kehidupan sebelum pandemi, tetapi kita masih perlu berhati-hati," jelas kepala penyakit menular dari Helix, Shishi Luo.
Diperlukan waktu sekitar beberapa pekan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh varian Centaurus terhadap perkembangan pandemi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) turut menyatakan bahwa Covid-19 masih menjadi kedaruratan dunia.
"Gelombang baru virus menunjukkan kembali bahwa Covid-19 belum akan usai dalam waktu dekat," jelas direktur jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Dalam dua pekan terakhir, WHO mengungkapkan bahwa ada lonjakan kasus Covid-19 sebesar 30 persen. Lonjakan ini sebagian besar didorong oleh kemunculan subvarian Omicron BA.4 dan BA.5.