Ahad 24 Jul 2022 02:32 WIB

Bencana Iklim di Amerika Latin Ancam Ketahanan Pangan Global

Pemanasan di Amerika Latin dan Karibia terjadi semakin cepat.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Nidia Zuraya
Hutan hujan Amazon (ilustrasi). Panas, kekeringan, dan banjir yang diperburuk oleh perubahan iklim menghancurkan tanaman di Amerika Latin pada 2021.
Foto: Jorge.kike.medina/wikimedia
Hutan hujan Amazon (ilustrasi). Panas, kekeringan, dan banjir yang diperburuk oleh perubahan iklim menghancurkan tanaman di Amerika Latin pada 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, RIO DE JANEIRO -- Panas, kekeringan, dan banjir yang diperburuk oleh perubahan iklim menghancurkan tanaman di Amerika Latin pada 2021. Organisasi Meterorologi Dunia menyatakan komdisi tersebut menyebabkan ribuan orang menjadi korban kerawanan pangan dan berdampak pada pasar global.

Pemanasan di Amerika Latin dan Karibia semakin cepat dengan suhu di wilayah tersebut meningkat rata-rata 0,2 derajat celcius per dekade antara 1991 dan 2021 dibandingkan dengan 0,1 derajat celcius per dekade antara tahun 1961 dan 1990.

Baca Juga

"Kekeringan, gelombang panas, gelombang dingin, siklon tropis, dan banjir, sayangnya telah menyebabkan hilangnya ratusan nyawa, kerusakan parah pada produksi tanaman dan infrastruktur serta pemindahan manusia," kata Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas dikutip dari Bloomberg, Jumat (22/7/2022).

Toalas menuturkan degradasi hutan hujan Amazon masih disorot sebagai perhatian utama kawasan tersebut tetapi juga untuk iklim global. Hal tersebut mengingat peran hutan dalam siklus karbon.

Planet ini telah menghangat 1,1 derajat celcius di atas rata-rata pra-industri dan konsentrasi atmosfer gas rumah kaca di atmosfer terus meningkat. Negara-negara berkembang termasuk banyak di Amerika Selatan, paling menderita akibat pemanasan global yang disebabkan oleh emisi karbon yang dikeluarkan terutama oleh negara-negara maju.

Curah hujan di bawah rata-rata di produsen pertanian utama seperti Chili, Brasil, Uruguay, dan Paraguay menyebabkan penurunan 2,6 persen pada panen sereal Amerika Selatan pada 2021. Pergeseran pola curah hujan sebagian terkait dengan La Nina, sementara perubahan iklim sangat mungkin berperan dalam setidaknya beberapa peristiwa cuaca ekstrem di wilayah tersebut.

Kekeringan besar di Chili berlanjut selama 13 tahun berturut-turut pada  2021 yang menjadikannya kekeringan terpanjang di kawasan itu setidaknya dalam 1.000 tahun. Laporan terbaru menyebutkan perubahan Iklim dan kekeringan di Chili tengah dapat dikaitkan dengan pengaruh manusia.

Sementara itu, tingkat deforestasi di Amazon Brasil meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan rata-rata 2009 hingga 2018 dan mencapai tingkat tertinggi sejak 2009. Amazon Brasil juga mengalami banjir pada 2021 yang mempengaruhi lebih dari 450 ribu orang dan menyebabkan kerugian sekitar 40 juta dolar AS. 

“Perubahan iklim yang semakin memburuk dan efek majemuk dari pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak pada keanekaragaman hayati di kawasan itu, tetapi juga telah menghambat kemajuan selama puluhan tahun dalam memerangi kemiskinan, kerawanan pangan, dan pengurangan ketimpangan di kawasan ini,” ungkap  Pejabat Sekretaris Eksekutif Komisi Ekonomi untuk Amerika Latin dan Karibia, Mario Cimoli.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement