Ahad 24 Jul 2022 11:05 WIB

Rudal Rusia Hantam Pelabuhan Odesa Ukraina, Ancam Kesepakatan Krisis Pangan

Serangan Rusia terhadap Pelabuhan Odesa Ukraina rusak infrastruktur

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nashih Nashrullah
Serangan di Odessa, Ukraina (ilustrasi). Serangan Rusia terhadap Pelabuhan Odesa Ukraina rusak infrastruktur
Foto: AP/Max Pshybyshevsky
Serangan di Odessa, Ukraina (ilustrasi). Serangan Rusia terhadap Pelabuhan Odesa Ukraina rusak infrastruktur

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV – Rudal Rusia menghantam pelabuhan Odesa di selatan Ukraina pada Sabtu (23/7/2022). Serangan ini mengancam kesepakatan yang ditandatangani hanya sehari sebelumnya untuk membuka blokir ekspor biji-bijian dari pelabuhan Laut Hitam dan mengurangi kekurangan pangan global yang disebabkan oleh perang. 

Menurut militer Ukraina, dua rudal Kaliber Rusia menghantam area stasiun pompa di pelabuhan, sementara dua lainnya ditembak jatuh oleh pasukan pertahanan udara.

Baca Juga

Juru bicara Angkatan Udara Ukraina Yuriy Ignat mengatakan, rudal ditembakkan dari kapal perang di Laut Hitam dekat Krimea. 

Tapi penyiar publik Suspilne mengutip militer Ukraina melaporkan, rudal itu tidak menyebabkan kerusakan yang signifikan.

Suspilne engutip komando militer selatan Ukraina yang mengatakan bahwa area penyimpanan gandum di pelabuhan itu tidak terkena. "Sayangnya ada yang terluka. Infrastruktur pelabuhan rusak," kata Gubernur Odesa Maksym Marchenko. 

Menteri Pertahanan Turki, Hulusi Akar, mengatakan para pejabat Rusia mengatakan kepada Turki bahwa tidak ada hubungannya dengan serangan di Odesa. 

"Rusia mengatakan kepada kami bahwa mereka sama sekali tidak ada hubungannya dengan serangan ini. Fakta bahwa insiden seperti itu terjadi tepat setelah kesepakatan yang kami buat kemarin benar-benar membuat kami khawatir," katanya.

Pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia maupun ringkasan malam militer tidak menyebutkan adanya serangan rudal di Odesa.

Menteri Infrastruktur Ukraina, Oleksandr Kubrakov, mengatakan di Facebook,  negara itu tetap melanjutkan persiapan teknis untuk peluncuran ekspor produk pertanian dari pelabuhan.

Kesepakatan  ditandatangani Moskow dan Kiev dan dimediasi PBB dan Ankara pada Jumat (22/7/2022). Kesepakatan ini dipuji sebagai terobosan setelah hampir lima bulan pertempuran sejak Rusia menginvasi tetangganya. 

Hal ini dipandang penting untuk menahan lonjakan harga pangan global dengan mengizinkan ekspor biji-bijian dikirim dari pelabuhan Laut Hitam termasuk Odesa.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, menyebut serangan itu sebagai tindakan barbarisme yang menunjukkan bahwa Rusia tidak dapat dipercaya untuk mengimplementasikan kesepakatan itu "Jika ada orang di dunia yang bisa mengatakan sebelumnya bahwa semacam dialog dengan Rusia, semacam kesepakatan, akan diperlukan, lihat apa yang terjadi," kata Zelenskyy dalam video larut malam. 

Zelenskyy bersumpah untuk melakukan segala kemungkinan untuk memperoleh sistem pertahanan udara. Sistem ini nantinya mampu menembak jatuh rudal seperti yang menghantam Odesa. 

Serangan terbaru di Odesa pun mengundang kecaman keras dari PBB, Uni Eropa, Amerika Serikat, Inggris, Jerman, dan Italia. Para pejabat PBB berharap perjanjian itu akan beroperasi dalam beberapa Ahad. 

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, mengatakan dalam sebuah pernyataan, serangan ini menimbulkan keraguan serius pada kredibilitas komitmen Rusia terhadap kesepakatan sebelumnya. "Rusia memikul tanggung jawab untuk memperdalam krisis pangan global dan harus menghentikan agresinya," ujarnya.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, dengan tegas mengutuk serangan itu. Juru bicara Guterres menekankan, implementasi penuh dari kesepakatan itu sangat penting. 

Ukraina telah menambang perairan di dekat pelabuhannya sebagai bagian dari pertahanan perangnya. Namun, berdasarkan kesepakatan itu, pilot akan memandu kapal di sepanjang jalur yang aman.

Pusat Koordinasi Gabungan (JCC) yang dikelola oleh anggota dari keempat pihak dalam perjanjian tersebut kemudian akan memantau kapal-kapal yang transit di Laut Hitam ke Selat Bosphorus Turki dan menuju pasar dunia. Semua pihak sepakat bahwa tidak akan ada serangan terhadap entitas ini. 

Kesepakatan itu seharusnya akan memulihkan pengiriman biji-bijian dari tiga pelabuhan yang dibuka kembali ke tingkat sebelum perang sebesar 5 juta ton per bulan.

Zelenskyy mengatakan, akan membuat gandum senilai sekitar 10 miliar dolar AS untuk dijual dengan sekitar 20 juta ton panen tahun lalu untuk diekspor.    

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement