Ahad 24 Jul 2022 12:21 WIB

WHO Laporkan 1.700 Orang Meninggal Akibat Kebakaran Portugal dan Spanyol

WHO ini menggambarkan peristiwa kebakaran sebagai insiden menakutkan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Dwi Murdaningsih
Foto ini disediakan oleh pemadam kebakaran wilayah Gironde (SDIS 33) menunjukkan kebakaran hutan di dekat Landiras, Prancis barat daya, Minggu 17 Juli 2022. Petugas pemadam kebakaran berjuang melawan kebakaran hutan yang berkobar di luar kendali di Prancis dan Spanyol pada hari Minggu ketika Eropa layu di bawah gelombang panas yang luar biasa ekstrem yang oleh pihak berwenang di Madrid disalahkan atas ratusan kematian.
Foto: AP/Service Communication-Protocole
Foto ini disediakan oleh pemadam kebakaran wilayah Gironde (SDIS 33) menunjukkan kebakaran hutan di dekat Landiras, Prancis barat daya, Minggu 17 Juli 2022. Petugas pemadam kebakaran berjuang melawan kebakaran hutan yang berkobar di luar kendali di Prancis dan Spanyol pada hari Minggu ketika Eropa layu di bawah gelombang panas yang luar biasa ekstrem yang oleh pihak berwenang di Madrid disalahkan atas ratusan kematian.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Kepala regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Hans Kluge mengatakan, gelombang panas yang sedang berlangsung di Eropa telah merenggut lebih dari 1.700 nyawa di Portugal dan Spanyol saja. Peristiwa ini digambarkan sebagai peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya, menakutkan, dan apokaliptik.

Kluge menyatakan situasi ini membuat kebutuhan mendesak akan tindakan pan-Eropa untuk secara efektif mengatasi perubahan iklim. Kondisi ini menjadi krisis menyeluruh yang mengancam kesehatan individu dan keberadaan umat manusia.

Baca Juga

"Agar ini terjadi, pemerintah perlu menunjukkan kemauan politik dan kepemimpinan yang tulus dalam menerapkan Perjanjian Paris global tentang perubahan iklim, dengan kolaborasi menggantikan perpecahan dan retorika kosong,” kata Kluge dikutip dari Anadolu Agency.

Kluge mencatat bahwa kebakaran hutan sekarang terjadi di utara hingga Skandinavia. Sementara kebakaran di London minggu ini telah menghancurkan 41 rumah. "Musim panas yang terik ini baru setengah jalan," ujarnya.

"Perubahan iklim bukanlah hal baru. Konsekuensinya, bagaimanapun, semakin meningkat musim demi musim, tahun demi tahun, dengan hasil yang membawa malapetaka," katanya.

Kepala regional WHO ini menjelaskan, bahwa paparan panas yang ekstrem sering memperburuk kondisi kesehatan yang sudah ada sebelumnya. "Heatstroke dan bentuk hipertermia serius lainnya, suhu tubuh yang sangat tinggi, menyebabkan penderitaan dan kematian dini. Individu di kedua ujung spektrum kehidupan, bayi dan anak-anak, dan orang tua, berada pada risiko tertentu," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement