Ahad 24 Jul 2022 15:33 WIB

Berusaha Akhiri Ketergantungan dari Rusia, Uni Eropa Cari Pasokan Gas Tambahan ke Nigeria

Eropa berusaha melepaskan diri dari ketergantungan pasokan gas Rusia.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Reiny Dwinanda
Pipa Nord Stream 1 Laut Baltik dan stasiun transfer pipa gas OPAL, Baltic Sea Pipeline Link, di Lubmin, Jerman, Rabu, 20 Juli 2022. Eropa mencoba mencari sumber pasokan gas tambahan ke Nigeria.
Foto: AP/Stefan Sauer/dpa
Pipa Nord Stream 1 Laut Baltik dan stasiun transfer pipa gas OPAL, Baltic Sea Pipeline Link, di Lubmin, Jerman, Rabu, 20 Juli 2022. Eropa mencoba mencari sumber pasokan gas tambahan ke Nigeria.

REPUBLIKA.CO.ID, ABUJA -- Uni Eropa sedang mencari pasokan gas alternatif dari Nigeria. Perhimpunan Benua Biru diketahui hendak mengakhiri ketergantungannya pada suplai gas Rusia.

Wakil Direktur Jenderal Departemen Energi Komisi Eropa Matthew Baldwin telah berkunjung ke Nigeria dan mengadakan pertemuan dengan pejabat serta produsen minyak terbesar di negara tersebut pekan ini. Dia diberi tahu bahwa Nigeria meningkatkan keamanan di Delta Niger dan berencana membuka kembali pipa Trans Niger setelah Agustus.

Baca Juga

Pipa tersebut akan menghasilkan lebih banyak ekspor gas ke Eropa. Produksi minyak dan gas di Nigeria terhambat oleh aksi pencurian dan perusakan jaringan pipa.

Hal itu membuat terminal produsen gas Nigeria LNG Ltd di Pulau Bonny hanya beroperasi pada kapasitas 60 persen. Menurut Baldwin, Uni Eropa mengimpor 14 persen dari total pasokan gas alam cairnya dari Nigeria. Dia menilai, ada potensi untuk meningkatkannya menjadi lebih dari dua kali lipat.

"Jika kami bisa mendapatkan hingga di atas 80 persen, pada saat itu, mungkin ada tambahan LNG (gas alam cair) yang bisa tersedia untuk kargo spot yang akan datang ke Eropa. Mereka (pejabat Nigeria) berkata kepada kami, 'Datang dan bicaralah dengan kami lagi pada akhir Agustus karena kami pikir kami dapat memberikan kemajuan nyata dalam hal ini'," ucap Baldwin, Sabtu (23/7/2022).

Nigeria LNG dimiliki oleh perusahaan minyak negara NNPC Ltd, Shell, TotalEnergies, dan Eni. Tahun lalu, Nigeria mengekspor 23 miliar meter kubik (bcm) gas ke Uni Eropa.

Meski terbilang besar, jumlah itu sebenarnya sudah menyusut cukup signifikan. Menurut Baldwin, pada 2018, Uni Eropa membeli 36 bcm gas alam cair dari Nigeria.

Sejak Ukraina diserang pada Februari lalu, Uni Eropa telah memberlakukan beberapa paket sanksi yang di antaranya membidik sektor energi Rusia. Pada Mei lalu, mereka telah menyetujui embargo minyak parsial terhadap Moskow.

Embargo diharapkan berlaku penuh akhir tahun ini. Eropa pun berusaha melepaskan diri dari ketergantungan pasokan gas Rusia.

Pekan ini, Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan, embargo gas alam Rusia akan memicu resesi mendalam di negara-negara Eropa Tengah, seperti Hungaria, Slovakia, Republik Ceska, serta Italia. IMF menilai, hal itu hanya dapat dihindari jika negara-negara terkait dapat mempererat kerja sama untuk berbagi pasokan alternatif.

Tim peneliti IMF mengungkapkan, beberapa negara berisiko mengalami kekurangan pasokan hingga 40 persen jika terjadi penutupan total aliran gas Rusia. Hungaria akan menjadi yang paling terpukul secara ekonomi akibat embargo semacam itu. Negara tersebut berpeluang mengalami kontraksi dalam produk domestik bruto (PDB) sebesar lebih dari enam persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement