Ahad 24 Jul 2022 18:57 WIB

Wujudkan Impian Kolaborasi Musisi Jazz di Kaki Gunung Bromo

Penampilan yang paling ditunggu penonton adalah Andien.

Rep: rahma sulistya/ Red: Hiru Muhammad
Penampilan Andien dalam hari kedua Jazz Gunung Bromo 2022, Sabtu (23/7/2022), ia juga menyapa kerumunan penonton secara langsung.
Foto: Republika/Rahma Sulistya
Penampilan Andien dalam hari kedua Jazz Gunung Bromo 2022, Sabtu (23/7/2022), ia juga menyapa kerumunan penonton secara langsung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari kedua Jazz Gunung Bromo 2022, penampilan dari sejumlah musisi tak kalah menyenangkan. Ada dari Andre Dinuth and Band yang mengajak sang istri ke pentas, hingga Andien yang menangis karena terbawa menyanyikan lagunya.

Gelaran dimulai pukul 16.00 WIB, Sabtu (24/7/2022) dengan pembuka Aditya Ong Trio membawakan delapan irama musik, di antaranya yang menarik adalah “Naik-Naik ke Puncak Gunung” dan “Jeje’s Shuffle”. Penampilan dilanjutkan dengan Andre Dinuth and Band yang mengajak sang istri ke atas pentas.

Baca Juga

Istrinya yang bernama Manda Omar juga merupakan seorang gitaris dan bassist. Manda mengaku bahagia karena impiannya untuk bermain di Jazz Gunung Bromo bisa terwujud. Manda membawakan single yang baru dirilisnya berjudul “Rindu”.

Usai ishoma sekitar pukul 18.30 WIB, penampilan tak kalah memukau datang dari Komodo Project beranggotakan Gilang Ramadhan, Ivan Nestorman, dan Adi Darmawan. Membawakan delapan lagu-lagu daerah seperti “Samolime”, “Dende”, “Wajogea”, “Mataleso”, “Ovalangga”, “Tatabuhan Sungut”, “Kondo The Bird”, dan “Mogi E”.

Penampilan yang paling ditunggu kemudian adalah Andien, yang langsung membawakan “Gemintang” dan “Benang Asmara” saat memasuki pentas. Diikuti lagu medley “Sahabat Setia”dan “Milikmu Selalu”, kemudian berikutnya “Indahnya Dunia”.

“Dibalik baju ini ada tiga lapis, yang dress ini lapis keempat, dan vest lapis kelima, padahal aku tiap malam tidur AC dimatiin. Terakhir aku aku 2015 di Jazz Gunung Bromo. Aku salut sekali. Aku berharap bisa sing along sama semua yang ada di sini,” kata Andien.

Namun pada lagu kelima yang ia bawakan, “Pulang”, ia menangis karena lirik itu mengingatkannya pada seorang perempuan yang telah melahirkannya 37 tahun lalu. Perempuan itu tentunya adalah sang ibu, yang selalu memegang nilai-nilai, selalu peduli pada orang, selain sahabat ibunya juga menjadi partner berantemnya.

“Setelah punya anak aku sadar betapa sayangnya dia padaku. Kalau semua dengar masing-masing kata-kata dari lagu ini, pasti membuat kita sadar kemana kita harus pulang. Kok tiba-tiba nangis ya,” ujar Andien.

Andien juga membawakan lagu “Blackbird”, “Here There and Everywhere”, mengajak seorang penonton beruntung bernyanyi bersamanya di pentas membawakan “Saat Bahagia”. Lagu berikutnya “Teristimewa”, dan ditutup dengan “Moving On” di mana ia maju menghampiri kerumunan penonton secara langsung.

Dan penampilan puncak adalah Ring of Fire feat Jogja Hip Hop Foundation yang membawakan “Nasi Goreng”, “Sandvort” medley “Tanjung Perak”, “Sedulur”, dan “Ora cucul”. Juga penampilan kejutan dari Butet Kartaredjasa yang diajak maju ke pentas.

Mereka menyanyikan lagu “Cintamu Sepahit Topi Miring”. Meski sudah berjalan dengan tongkat, salah satu Founder Jazz Gunung Bromo itu tetap menari dengan ceria. Ditutup dengan lagu “Kecap No. 1” medley “Jogja Istimewa”, di mana lirik ‘Jogja’ diganti dengan ‘Bromo’.

 

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement