Senin 25 Jul 2022 12:42 WIB

Netty Paling Populer, tapi Gender Hambat Peluangnya di PIlgub Jabar 2024

Para pemilih tradisional PKS masih sulit untuk menerima pemimpin perempuan.

Rep: Arie Lukihardianti / Red: Agus Yulianto
Dr. Netty Prasetiyani, Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI
Foto: dok. Istimewa
Dr. Netty Prasetiyani, Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Nama Netty Prasetiyani, saat ini, paling populer di internal Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Namun, Lembaga survey Poldata Indonensia Consultant memprediksi, Netty akan kesulitan mendapatkan surat rekomendasi dari PKS dalam pertarungan Pilgub Jabar 2024. 

Menurut Chief Operasional Officer Poldata Indonensia Consultant, Mohamad Grandy Ramdhana, permasalahan gender masih menjadi penghabat Netty dalam Pilgub Jabar mendatang.

Menurutnya, ada dua nama yang saat ini sudah menjadi perbincangan di internal PKS untuk Pilgub Jabar 2024. Selain Netty ada nama ketua DPW PKS Haru Suandaru yang sudah mulai hangat.

Grandy mengatakan, pihaknya tidak memungkiri bahwa nama Netty cukup populer dibanding ketua DPW PKS Haru Suandaru, Netty sebagai istri dari mantan Gubernur Jawa Barat dua priode Ahmad Heryawan menjadi faktor utama popularitas dan elektabilitasnya cukup tinggi.

"Secara popularitas Netty Heryawan sebagai istri mantan Gubernur Jabar 2 periode jelas lebih dikenal oleh masyarakat. Kiprah beliau selama mendampingi kang Aher menjadi Gubernur juga memiliki kesan tersendiri di masyarakat Jawa Barat. Dua hal tersebut jadi poin plus untuk Netty," ujar Grandy kepada wartawan di Bandung, Senin (25/7).

Namun, kata Grandi, jika melihat selama perhelatan pilkada, PKS tidak pernah mengusung calon kepala daerah wanita dari internal partai. "Tapi, PKS sebagai partai Islam tampaknya agak sulit untuk mengusung figur perempuan sebagai calon kepala daerah. Tampaknya, PKS akan lebih condong ke figur Haru sebagai Ketua DPW PKS walaupun tidak sepopuler Netty. Tapi, Haru tidak akan menimbulkan resistensi di kalangan pemilih tradisional PKS," paparnya.

Meskipun saat ini PKS sudah mengklaim sebagai partai terbuka, namun kata Grandi, para pemilih tradisional PKS masih sulit untuk menerima pemimpin perempuan. Walaupun PKS telah mengklaim sebagai partai terbuka, tapi suara mayoritas dari pemilih tradisional PKS jelas jadi pertimbangan partai dalam menentukan pilihan. 

"Seperti kita ketahui bahwa pemilih tradisional PKS mayoritas berasal dari kelompok islam fundamentalis yang kemungkinan besar akan memiliki resistensi terhadap calon kepala daerah perempuan," katanya. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement