Senin 25 Jul 2022 14:36 WIB

Menko Muhadjir: Kematian Ibu dan Anak di Indonesia Masih Sangat Tinggi

Pandemi Covid-19 memperparah angka kematian ibu dan anak di Indonesia.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Agus raharjo
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy
Foto: Prayogi/Republika.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan rendahnya angka kematian ibu dan bayi menjadi salah satu indikator mengukur perkembangan kemajuan pembangunan sumber daya manusia (SDM). Muhadjir mengatakan, secara internasional SDGs menetapkan target tahun 2030 untuk kematian ibu yakni 70: 100 ribu ibu yang melahirkan.

"Tetapi sekarang katanya masih sangat tinggi termasuk di Indonesia. Di Indonesia ini, sekitar 200, masih sekitar 200, jadi 200 orang per 100 ribu ibu melahirkan meninggal di Indonesia ini," kata Muhadjir dalam sambutannya dalam acara Anugerah KPAI akhir pekan lalu yang dikutip melalui Youtube KPAI, Senin (25/7/2022).

Baca Juga

Muhadjir mengatakan, pemerintah menargetkan penurunan kematian ibu dan anak sebanyak mungkin. Karena itu, dia menegaskan perlindungan terhadap ibu dan anak mutlak dilakukan.

"Target kita nanti 183 sampai tahun 2024 itu baru 183, untuk menekan bagaimana supaya angka kematian ibu ini bisa ditekan sebanyak mungkin," ujar Muhadjir.

Mantan menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini menambahkan, kematian pada anak juga tidak kalah tinggi dari jumlah kematian ibu. Dia mengatakan, penambahan kasus kematian diperparah dengan adanya pandemi Covid-19.

"Tahun 2019 itu sebetulnya kematian ibu sudah mulai turun, kematian anak juga sudah mulai turun tetapi Covid-19 ini juga ikut ambil bagian memperparah kembali kondisi capaian kita," ujar Muhadjir.

Dia menjelaskan, kematian ibu saat masa pandemi Covid-19 mengalami kenaikan cukup drastis terutama pada tahun 2020-2021. Sebanyak 40 persen kematian itu, kata Muhadjir, karena Covid-19 di antaranya saat melahirkan.

 

"Mohon maaf, saya sampai meneteskan air mata, bagaimana ibu sedang kesakitan untuk melahirkan dia juga dalam keadaan Covid, anaknya yang dilahirkan juga dalam keadaan Covid," ujar dia.

Namun demikian, di tengah upaya pemulihan kesehatan dan ekonomi, pemerintah juga kembali berupaya mengendalikan kematian ibu dan anak. "Sekarang pemerintah itu double urusannya, mengejar target RPJMN 2024, juga mengejar defisit kenaikan kematian akibat Covid-19 terhadap ibu dan anak, ini jadi harus ekstra keras," ujar Muhadjir.

Karena itu, salah satu yang dilakukan Presiden Joko Widodo yakni dengan menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) tentang Program Jaminan Pelayanan Persalinan. Dia berharap Inpres diikuti dengan sinergi semua pihak bisa mengejar target tersebut.

"Dari itu saya berharap ada sinergi ada keterhubungan, ada kesinambungan antara masing-masing etape pembangunan SDM ini mulai dari ketika berada di dalam janin kemudian sampai nanti dia menjadi usia produktif," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement