Senin 25 Jul 2022 14:54 WIB

Menwa UMM Lestarikan Budaya Lewat Lomba Permainan Tradisional

Mahasiswa bisa berkontribusi menjadi pengingat untuk generasi muda.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Resimen Mahasiswa (Menwa) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengadakan lomba permainan tradisional bagi para mahasiswa, beberapa waktu lalu.
Foto: Dok. Humas UMM
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Resimen Mahasiswa (Menwa) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengadakan lomba permainan tradisional bagi para mahasiswa, beberapa waktu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Kompetisi unik dilangsungkan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Resimen Mahasiswa (Menwa) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada pertengahan Juli lalu. Mereka mengadakan lomba permainan tradisional bagi para mahasiswa sebagai cara merawat dan melestarikan budaya.

Ketua UKM Menwa UMM, Alvin Hetri Awan menyampaikan, pihaknya sengaja memilih lomba permainan tradisional. Ia ingin memberikan warna baru di rangkaian panjang kompetisi Rektor Cup tahun ini. "Apalagi melihat perkembangan permainan tradisional yang beberapa di antaranya sudah menjadi sebuah olahraga yang dilombakan," ujar Alvin.

Menurutnya, acara ini memiliki tujuan khusus untuk mengenalkan kembali permainan tradisional kepada sivitas akademika UMM. Kemudian juga ingin melestarikan permainan tradisional. Alvin menilai hal ini sangat potensial untuk dikembangkan di Kampus Putih UMM.

Senada dengan yang diucapkan Alvin, Ketua Pelaksana Akbar Adityhya Rustandi menjelaskan, Menwa secara khusus ingin mewadahi mereka yang mempunyai kemampuan khusus di bidang permainan tradisional. Akbar menilai bahwa tak ada kegiatan tanpa kendala.

Saat persiapan, tim Menwa harus melakukan riset terlebih dahulu terkait perihal cara main dan peraturannya. Dengan begitu, perlombaan bisa dilaksanakan dengan lancar dan profesional sesuai prosedur.

Banyak peserta yang tidak begitu paham dengan cara main dan peraturannya. Sebab itu, pihaknya beberapa kali memberikan pengarahan terlebih dahulu sebelum lomba dimulai. "Alhamdulillah, mereka menikmati dan merasa senang. Sekalipun kalah, mereka mengaku bahwa permainan tersebut begitu seru," katanya.

Salah satu peserta lomba egrang, Muhammad Bilal Rusady mengapresiasi perlombaan unik semacam ini. Ia melihat gempuran dunia digital membuat anak muda lupa dengan permainan tradisional dan budaya-budaya yang sebelumnya sering dilakukan.

Melalui lomba Rektor Cup ini, mahasiswa bisa berkontribusi menjadi pengingat untuk generasi muda terutama terkait kultur dan budaya. Bilal ingin hal-hal seperti ini bisa terus dilakukan agar menjadi sebuah tren kembali.

Sebab, kalau dilihat, jarang sekali ada anak-anak yang bermain permainan tradisional. "Mungkin selanjutnya bisa menambah di kategori lain seperti lomba hadang, dagongan, gobak sodor, dan sumpit,” jelas dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement