Senin 25 Jul 2022 21:51 WIB

Gelombang Kejahatan Dilaporkan Melanda Iran, Ini Pemicu Utamanya

Iran hadapi ancaman keamanan akibat krisis ekonomi di negara itu

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Nashih Nashrullah
Kota Teheran, Iran (Ilustrasi. Iran hadapi ancaman keamanan akibat krisis ekonomi di negara itu
Foto: Republika/Maman Sudiaman
Kota Teheran, Iran (Ilustrasi. Iran hadapi ancaman keamanan akibat krisis ekonomi di negara itu

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN–Sutradara film, Iran Morteza Fatemi dirampok bulan lalu dan diancam akan terus diikuti. Dia diserang pria dengan parang di dekat bioskop Mellat di bagian warga kaya di Utara Teheran, satu contoh kasus dari gelombang kejahatan yang melanda Iran.  

Ketika negara yang terkena sanksi semakin miskin, rakyatnya menjadi semakin putus asa untuk memenuhi kebutuhan. Iran kini telah ditempatkan di bawah tekanan besar yang disebabkan oleh sanksi Amerika Serikat dan karena salah urus internal. 

Baca Juga

Kasus lain, mantan pelatih tim gulat gaya bebas junior nasional menjadi sasaran perampokan bersenjata di jalan raya Imam Ali, Teheran. 

Orang-orang bersenjata itu mencuri Toyota Land Cruiser milik Ali Safai dan menembaknya dua kali di kaki kiri. 

Bukan hanya orang kaya dan terkenal yang menjadi sasaran. Dompet dan telepon diambil dari orang-orang setiap hari, dan orang Iran khawatir. 

“Beberapa pekan yang lalu, dua orang pengendara sepeda motor mencuri ponsel saya ketika saya berada di taksi. Saya sedang sibuk dengan ponsel saya, membaca pesan dengan jendela di bawah mobil. Tiba-tiba, perampok mengambilnya dari tangan saya, " kata seorang mahasiswa Mohsen Yazdanshenas. 

"Fitur 'Temukan iPhone saya' tidak berfungsi untuk saya, dan mengajukan laporan di kantor polisi seperti siksaan, karena sangat sulit dan memakan waktu. Sejauh ini belum ada hasil," tambahnya. 

Dilansir dari Middle East Eye, Sabtu (23/7/2022), Kepala Institut Penelitian Jaminan Sosial Iran, Rouzbeh Kordouni mengumumkan pada Mei bahwa 15 persen populasi berada di bawah garis kemiskinan absolut antara 2013 dan 2017. 

Tetapi angka ini mencapai 30 persen hanya dalam dua tahun, antara 2018 dan 2020. Lonjakan itu bertepatan dengan penarikan sepihak oleh Amerika Serikat dari kesepakatan nuklir 2015 dan penerapan kembali sanksi keras. 

Pemerintah Presiden Ebrahim Raisi mengatakan bahwa mereka berusaha untuk menahan inflasi yang tinggi, tetapi sejauh ini belum berhasil. Faktanya, biaya meningkat setiap bulan, menurut Pusat Statistik Iran. 

Menurut Kementerian Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Sosial, tingkat inflasi yang meningkat sekitar 1,5 persen cukup mengkhawatirkan. 

Namun Pusat Statistik mengungkapkan bahwa inflasi Mei naik sekitar 12,2 persen dari April, dan untuk makanan saja 25,9 persen lebih tinggi.   

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement