Selasa 26 Jul 2022 09:17 WIB

Empat Tipe Orang Wara'

Seorang Muslim yang wara' akan senantiasa berhati-hati dalam menjalani hidupnya.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Agung Sasongko
Takwa (ilustrasi).
Foto: alifmusic.net
Takwa (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Seorang Muslim yang wara' akan senantiasa berhati-hati dalam menjalani hidupnya. Ia akan memilih menjauhi setiap perkara yang belum jelas status hukumnya atau yang mempunyai potensi mendatangkan keburukan. Sehingga hidupnya selamat dan tidak melanggar apa yang dilarang Allah SWT.  

Ketua Umum Rabithah Alawiyah yang juga pengasuh Pondok Pesantren Suniyah Salafiyah Pasuruan, Jawa Timur, Habib Taufiq bin Abdul Qodir Assegaf dalam kajian kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Ghazali di Masjid Baiturrahman Pasinan, Pasuruan pada Selasa (26/7/2022) yang juga disiarkan melalui kanal resmi Sunsal Media mengatakan orang yang wara' dapat dibagi menjadi empat tipe. 

Baca Juga

Pertama, sikap wara' orang yang adil (wara' al 'udul). Artinya menghindari segala perbuatan atau ucapan yang bisa mengantarkan dirinya menjadi fasik. Menurut Habib Taufiq wara' al 'udul merupakan tingkatan wara' yang paling dasar yang setiap Muslim harus mampu melakukannya, yakni menghindari setiap yang telah difatwakan haram oleh para ulama ahli fiqih (fuqaha).  

"Perbuatan yang bisa membuat orang itu fasik maka menghindarinya itu disebut wara'ul 'udul yaitu menghindari segala yang difatwakan haram oleh fuqaha (seperti) riba, "Orang yang saleh itu bukan hanya menghindari yang pasti haram tapi yang kemungkinan ada haramnya juga ditinggalkan, yang syubhat ditinggalkan, yang tidak jelas halalnya juga ditinggalkan, ini wara'ash shalihin. Ini ngga semua orang mampu," katanya.

Ketiga, sikap wara' orang bertakwa (wara' al Muttaqin). Habib Taufiq mengatakan tipe wara' ini adalah orang yang memilih untuk meninggalkan mengerjakan suatu hal yang statusnya tidak haram dan tidak syubhat tetapi memiliki kekhawatiran akan bisa membuat dirinya terjerumus pada perkara yang haram bila mengerjakannya. 

Habib Taufiq mencontohkan main kartu merupakan perbuatan yang tidak haram dan tidak syubhat. Namun demikian, orang yang wara' al Muttaqin memilih untuk menghindarinya karena khawatir akan menyenangi permainan tersebut dan membuatnya membuang-buang waktu sehingga dapat melalaikan dirinya dari beribadah. 

Keempat, sikap wara' kalangan Shiddiqin (wara' as Shiddiqin). Orang yang memiliki wara' ash shiddiqin memilih untuk meninggalkan perkara kendatipun perkara tersebut tidak tidak haram, tidak syubhat dan jelas halalnya. Dia meninggalkan perkara tersebut karena takut niat yang tidak baik atau salah. 

"Saya makan ini bukan karena untuk membuat energi untuk taat pada Allah SWT, tinggalkan, engga mau. Ada duit halal, ngga ada syubahat, cuma khawatir cinta dunia, tinggalkan. Ini wara' ash shidiqin ini halal pun ditinggalkan karena khawatir mengganggu dia atau karena tidak jelas dia niatnya untuk Allah atau bukan untuk Allah," katanya. bohong, sumpah palsu. Segala yang dikatakan fuqaha haram maka kita wajib menghindari dan itu disebut wara'ul 'udul," kata Habib Taufiq.

Kedua, sikap wara' orang saleh (wara' ash shalihin). Ini tipe wara' yang tingkatannya lebih tinggi dari wara' al 'udul. Menurut Habib Taufiq kesalehan lebih tinggi tingkatannya dari 'adil. Sebab itu para nabi senantiasa berdoa menjadi orang-orang saleh. Sementara kesalahan sendiri memiliki tingkatan-tingkatan yang berbeda-beda juga. Wara' ash shalihin menurut Habib Taufiq akan menghindari perkara-perkara yang syubhat yaitu perkara yang difatwakan oleh para fuqaha secara zahir tidak haram namun memungkinkan juga perkara tersebut haram. Wara' ash shalihin akan memilih menghindari perkara yang memiliki ikhtilaf (perbedaan pandangan ulama berkaitan dengan status hukum) di dalamnya. 

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement